KATA PENGANTAR
Puji syukur hanya bagi Allah SWT.
Yang mana ia telah memberikan hidayah dan inayah-Nya bagi kita melalui ilmu-Nya yang Maha luas
sehingga saya bisa menulis Mini Book tentang “Komunikasi Massa”. Shalawat berangkaikan salam tidak lupa kami tujukan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita pada agama yang
lurus. Mini Book ini merupakan
suatu tugas dari mata kuliah Komunikasi Massa dan melalui
Mini Book ini saya berusaha menyampaikan sedikit uraian Tentang Komunikasi Massa secara luas. saya ucapkan terimakasih kepada Bapak Amri
Sayarif Hidayat, M.Si.selaku dosen pengajar Komunikasi
Massa yang telah membagi ilmunya kepada kami serta memberikan kesempatan kepada saya untuk membuat Mini Book ini.
Dan saya ucapkan
terimakasih kepada sumber yang telah saya jadikan
sebagai rujukan dalam pengembangan pembuatan makalah ini. Adapun sumber dari
proses penulisan ini telah saya sertakan
dalam daftar pustaka.
Akhirnya saya berharap Mini Book ini menjadi
kontribusi positif,melahirkan inovasi dan memberikan inspirasi kepada pembaca.
Pekanbaru, juni 2015
Penulis
Muhammad Obby Yusuf
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................. 3
BAB II
PEMBAHASAN.............................................................................. 6
Lesson 1 Memahami Pengertian dan Karakteristik Komunikasi Massa.6
1.1 Munculnya media komunikasi massa................................................7
1.2 Defenisi komunikasi
massa............................................................... 8
1.3 Ciri-ciri komunikasi
massa………………………………………… 8
1.4 Mengapa perlu mempelajari komunikasi
massa………….….....…...9
Lesson 2 Asal Usul
Komunikasi Massa..……………………………....10
2.1 Zaman tanda dan
syarat………………………………………….....11
2.2 Zaman bahasa lisan………………………………………………....11
2.3 Zaman cetak……………………………….………………………..12
2.4 Zaman komunikasi massa…………………………………………..13
Lesson 3 Fungsi Komunikasi Massa….………………………………..14
3.1 Informasi……...……………………………………………………14
3.2 Hiburan……………………………………………………………..14
3.3 Persuasi……………………………………………………………..15
3.4 Transmisi budaya…………………………………………………..15
3.5 Mendorong kohesi
sosial…………………………………………..16
3.6 Pengawasan………………………………………………………...16
3.7 Korelasi……………………………………………………………..17
3.8 Pewarisan sosial…………………………………………………….17
Lesson 4 Elemen Komunikasi
Massa………………………………….18
4.1 Komunikator………………………………………………………..18
4.2 Pesan/isi……………………………………………………………..19
4.3 Audience…………………………………………………………….20
4.4 Umpan balik………………………………………………………...21
4.5 Gatekeeper…………………………………………………………..21
4.6 Gangguan…………………………………………………………....23
Lesson 5. Proses dan Model Komunikasi
Massa……………………….23
5.1 Proses komunikasi
massa……………………………………………23
5.2 Model-model komunikasi
massa……………………………………24
A. Model alir dua tahap………………………………………………….24
B. Model alir banyak tahap……………………………………………...25
C. Model delfin delfeur………………………………………………….26
D. Model Michael W
Gamble dan Teri Kwal Gamble………………….26
E. Model HUB……………………………………………………………27
F. Model Black dan Whitney…………………………………………….28
G. Model Bruce Westley dan Malcom McLean…………………………28
H. Model Maletzke……………………………………………………….29
I. Model Bryant dan Wallace…………………………………………....29
Lesson 6. Teori Komunikasi Massa……………………………………..30
6.1 Penerapan teori komunikasi massa………………………………….30
A. Hypodermic Needle Theory…………………………………………..30
B. Cultivation
Theory…………………………………………………….31
C. Cultural
Imperialism Theory…………………………………………..31
D. Media
Equation Theory………………………………………………..34
E. Spiral
of Silence Theory………………………………………………..34
F. Technological
Determinism Theory……………………………………34
G. Diffusion
of Inovation Theory…………………………………………37
H. Uses
and Gratifications Theory………………………………………...39
I. Agenda
Setting Theory…………………………………………………..40
J. Media
Critical Theory……………………………………………………43
Lesson 7.
Efek Komunikasi Massa………………………………………..45
7.1
Jenis-jenis efek…………………………………………………………45
A. Primer…………………………………………………………………...45
B. Sekunder………………………………………………………………...45
7.2
Teori-teori efek…………………………………………………………46
A. Efek
tidak terbatas………………………………………………………46
B. Efek
terbatas…………………………………………………………….46
C. Efek
moderat……………………………………………………….....47
7.3
Faktor-faktor yang mempengaruhi efek………………………….....48
Lesson 8.
Memahami Etika dalam Komunikasi Massa………………....49
8.1 Etika,
Etiket, dan Moral………………………………………………49
8.2 Mengapa
etika komunikasi massa harus dipahami………………....54
8.3 Etika
komunkasi massa(tanggungjawab, kebebasan pers, masalah etis, ketetapan dan
obyektifitas, tindakan adil untuk semua orang)…………55
8.4 Realitas
pelaksanaan etika komunikasi……………………………...57
BAB IIIPENUTUP.................................................................................. 57
A.
Kesimpulan…………………………………………………………..57
Biografi
Penulis…………………………………………………………...60
BABII PEMBAHASAN
LESSON 1. Memahami Pengertian dan Karakteristik
Komunikasi Massa
Komunikasi,
dalam sekian banyak bentuknya, memiliki peran dan fungsi yang cukup besar dalam
kehidupan manusia. Watzalawick dalam Bradac and Bowers (1980) bahkan
mengungkapkan bahwa human being cannot not communicate. Setiap manusia memiliki
potensi untuk berkomunikasi satu sama lain saat dia terdiam sekalipun.
Komunikasi manusia memiliki beberapa konteks tergantung dari jumlah
komunikator, derajat kedekatan fisik, saluran indrawi yang tersedia hingga
kesegeraan umpan balik.
Salah satu
konteks komunikasi ini antara lain adalah komunikasi massa. Cassandra (dalam
Mulyana, 71;2002) menyebutkan bahwa jika konteks komunikasi massa dibandingkan
dengan konteks komunikasi lainnya maka dapat dijelaskan bahwa komunikasi massa
merupakan sebuah bentuk komunikasi yang memiliki jumlah komunikator yang paling
banyak, derajat kedekatan fisik yang paling rendah, saluran indrawi yang
tersedia sangat minimal dan umpan balik yang tertunda.
Karakteristik
Komunikasi Massa
Serupa dengan
definisi komunikasi massa, karakteristik tentang komunikasi massa pun memiliki
banyak versi dari para ahli komunikasi. Elizabeth Noelle Neuman (dalam Rakhmat,
1983 : 92 ) menyebutkan empat tanda pokok dalam komunikasi massa yaitu :
1. komunikasi
massa bersifat tidak langsung
2. komunikasi
massa bersifat satu arah
3. komunikasi
massa bersifat terbuka.
4. memiliki
publik yang secara geografis tersebar.
Dari
uraian-uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik komunikasi
massa adalah sebagai berikut :
1. Sumber atau
komunikator dari komunikasi massa merupakan sebuah organisasi terlembaga yang
menentukan pesan apa saja yang akan disebarkan.
2. Pesan
bersifat terbuka karena semua orang mendapat isi pesan yang sama, mahal karena
melibatkan beberapa tahapan encoding dan decoding serta diperlukannya teknologi
untuk memproduksi dan menyebarkan pesan, serta dapat dipotong dengan gampang.
3. Komunikan
tidak memiliki identitas (anonim), banyak, tersebar dan heterogen sehingga
terpaan pesan dapat diapresiasi berbeda oleh masing-masing individu.
4.Proses umpan
balik berjalan lambat dan sulit mendapatkan respons dari komunikator.
1.1 Munculnya Media
Komunikasi Massa
Tujuan
bagian ini ialah untuk memaparkan gambaran umum menyangkut urutan perkembangan
media massa dewasa ini, menunjukkan hal-hal penting, dan untuk menyajikan
secara singkat kondisi tempat dan massa munculnya batasan masyarakat tentang
pelbagai media yang berbeda. Semua itu terjadi pada awal mengenal suatu media
dan “di bentuk” oleh kondisi masa lalu itu,juga oleh perlengkapan dasar sebagai
wahana komunikasi.
Sehubungan
dengan sejarah media massa, kami membahas empat unsure utama: teknologi,
situasi politik, social ekonomi dan masyarakat; serangkai kegiatan , fungsi
atau kebutuhan; manusia – terutama dalam arti kelompok, kelas social dan
kelompok kepentingan.
Semua
itu berinteraksi dalam cara yang berbeda dengan keunggulan masing-masing dalam
media yang berbeda pula. Sering kali salah satu di antaranya tampak berperan
sebagai factor penunjang atau pendorong yang paling kuat, sering kali pula
justru yang lemah.
1.2 Defenisi Komunikasi Massa
Definisi paling
sederhana dari komunikasi massa diungkapkan oleh Bittner (dalam Rahmat, 2005:
186) ”Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa
pada sejumlah besar orang”.
Dari definisi diatas maka
dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa merupakan kegiatan seseorang atau
suatu organisasi yang memproduksi serangkaian pesan dengan bantuan mesin untuk
disebarkan kepada khalayak banyak yang bersifat anonim, heterogen dan tersebar.
Source dalam
bagan diatas merupakan para profesional atau sebuah organisasi besar yang
bertindak sebagai gatekeeper.
Pesan yang disiapkan oleh gatekeeper untuk
disebarkan adalah pesan yang dibentuk berdasarkan pertimbangan ekonomi, legal
dan etika. Dengan adanya perbedaan interprestasi peran oleh masing-masing
individu dalam khalayak yang menyebabkan adanya efek baik pada tingkat
individual dan tingkat masyarakat.
1.3 Ruang Lingkup Komunikasi Massa
Studi
Komunikasi adalah human communication, dengan kata alain studi Komunikasi harus
selalu melibatkan manusia, baik sebagai
komunikator maupun komunikan. Dari sini jelas bahwa yang dimaksud dalam studi
komunikasi itu melibatkan manusia sebagai subjek dan objeknya.
Dalam
komuniasi dengan diri sendiri misalnya, ia hanya membutuhkan unsur komunikator
(dirinya sendiri), pesan (dari dirinya sendiri) dan begitu pula dengan
komunikan. Dalam komunikasi antarpesona lebih kompleks lagi, misalnya ada
noise, komunikator juga bertindak sebagai komunikan dan sebaliknya.
Dalam
komunikasi massa lebih kompleks lagi, ia melibatkan banyak hal mulai dari
komunikator, komunikan, media massa, unsur proses menafsirkan pesan, feedback
yang lebih kompleks karena melibatkan khalayak dalam jumlah yang besar.
1.4 Ciri-Ciri Komunikasi Massa
1.
Menggunakan media masa dengan organisasi
(lembaga
media) yang jelas.
2. Komunikator memiliki keahlian tertentu
3. Pesan searah dan umum, serta melalui proses
produksi
dan terencana
4. Khalayak yang dituju heterogen dan anonim
5. Kegiatan media masa teratur dan
berkesinambungan
6. Ada pengaruh yang dikehendaki
7. Dalam konteks sosial terjadi saling
memengaruhi
antara media dan kondisi
masyarakat
serta sebaliknya.
8. Hubungan antara komunikator (biasanya
media
massa) dan komunikan (pemirsanya)
tidak
bersifat pribadi.
1.5 Mengapa perlu mempelajari komunikasi
massa
Komunikasi pada umumnya sebagai alat untuk
berinteraksi dan berkomunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Namun didalam komunikasi ada beberapa bagian, yang salah satunya komunikasi
massa.
Ilmu komunikasi sangatlah
penting untuk kita ketahui dan kita pahami, sebab dalam komunikasi massa kita
diadapi oleh yang namanya media massa, sebagai alat untuk penyalur informasi
yang kita butuhkan dalam kehidupan.
Selain itu jika manusia ditetapkan
sebagai objek dalam media, kita semestinya mengerti akan ruang lingkup media
massa, agar kita tidak salah prinsip dalam memahami komunikasi massa, dan
itulah alasan mengapa pentingnya komunikasi massa untuk dipelajari.
LERSON 2. Asal Usul Komunikasi Massa
Perkembangan
luar biasa media massa dari waktu ke waktu telah membentuk massa depan umat
manusia. Media massa tidak hanya
media informasi, melainkan juga telah menjadi kekuatan baru dalam mempengaruhi
dan membentuk perilaku manusia dan agen perubahan sosial yang mana ada 2 perubahan sosial yang terjadi yang
diantaranya sebagai berikut.
-
Perubahan
perilaku: gaya hidup, pragmatis, hedonis, konsumerisme
-
Perubahan
sosial : masyarakat tradisional menjadi
manusia modern.
Perjalanan
panjang proses komunikasi manusia dimulai
dari mulai komunikasi non verbal à
komunikasi verbal à komunikasi via tulisan à
penemuan mesin cetak à era komunikasi massa.
Menurut Melvin
DeFleur, untuk melihat kondisi komunikasi massa yang luar biasa ini perlu
melihat ke belakang bagaimana sejarah penjang komunikasi massa. Dia melihat
setidaknya ada 5 revolusi komunikasi massa:
1. Zaman
penggunaan tanda dan isyarat sebagai alat komunikasi (the age of sign and
signal)
2. Zaman
digunakan percakapan dan bahasa sebagai alat komunikasi (the age of speech and languages)
3. Zaman
digunakan tulisan sebagai alat komunikasi (the age of writing)
4. Zaman
digunakan media cetak sebagai alat komunikasi (the age of print)
5. Zaman
digunakannya media massa sebagai alat komunikasi (the age of mass
communication)
2.1 Zaman Tanda dan Syarat
Era ini adalah era paling awal dalam
sejarah manusia pada
masa ini, proses komunikasi manusia masih menggunakan insting daripada rasio Pola komunikasi masih
menyerupai hewan (jeritan, tangisan, gerakan tubuh untuk bahaya. Pada era ini indera
pendengar masih menjadi alat yang sangat penting dalam berkomunikasi.
Setelah beribu-ribu tahun
berjalan akahirnya pola komunikasi mengalami perkembanga yang mana digunakannya bahasa tanda dan isyarat sebagai alat
komunikasi.
Penggunaan bahasa tanda dan isyarat
sebagai bentuk penyempurnaan penggunaan suara karena keterbatasan ini, maka pada masa
ini perkembangan budaya manusia masih sangat lamban.
2.2 Zaman Bahasa Lisan
Era ini ditandai dengan mulai lahirnya
embrio kemampuan untuk berbicara dan berbahasa secara terbata-bata dalam
kelompok masyarakat tertentu.Manusia jenis Cro Magnon menjadi cirri utama era
ini.
Cro Magnon mempunyai struktur
tengkorak,lidah,dan kotak suara seperti yang kita punyai. Ini
dapat menjadi bukti bahwa mereka mempunyai kapasitas untuk berbicara. Pada era ini manusi Cro
Magnon bisa berkembang karena mereka bisa menggunakan percakapan dan bahasa
sebagai alat komunikasi.
Kata-kata, angka,dan simbol lain
termasuk aturan berbahasa yang telah dibangun. Dengan sistem simbolik yang
dimiliki, individu dapat mengklasifikasi, mengirim, menerima dan mengerti pesan
lebih baik. Perubahan komunikasi percakapan dan bahasa telah menghantarkan
budaya mereka berubah secara drastic dari hanya berburu ke pembangunan
peradaban klasik yang besar dan monumental.
2.3 Zaman Cetak (the age of print)
Penemu cetakan pertama kali terjadi di
mainz,Jerman tahun 1455,dia bernama Johan
Gutenberg. Dialah yang awal mengenalkan cara mencetak,dia
membangun gagasan dengan membuat mesin baja untuk masing-masing huruf. Ini lah
babak awal yang menjadi embrio munculnya era komunikasi massa.awal abad ke 16,mesin cetak Gutenberg
telah mampu mencetak dan melipatgandakan cetakan yang dapat dipindah dan telah
mampu mencetak ribuan salinan buku cetak di atas kertas.
Melvin D Fleur dan Sandra J.Ball-Rokeach (1989) mengatakan
ada dua hal yang penting yang layak dicermati dalam era ini. Pertama,
media surat kabar dan juga media cetak lainnya bisa muncul setelah seperangkat
kompleksitas elemen budaya muncul dan terus berkembang di masyarakat. Kedua, penemuan mesin cetak
merupakan gabungan elemen dalam masyarakat.
Di akhir abad ke19 menjadi jelas
munculnya beberapa bentuk media cetak seperti suratkabar, buku dan majalah
semua itu digunakan secara luas oleh masyarakat. Ahli Sosiologi Amerika Charles Horton Cooley
menyatakan ada beberapa faktor yang membuat media baru jauh lebih efisien dari
pada proses komunikasi pada masyarakat sebelumnya, diantaranya: Expressiveness
(membawa perluasan gagasan dan perasaan), Permanent of Record
(mengatasi waktu), Swiffness (mengatasi ruang), Diffussion
(jalan masuk ke kelas-kelas yang ada dalam masyarakat).
2.4 Zaman Komunikasi Massa ( the age of mass communication)
Dengan kemunculan media cetak
langkah aktivitas komunikasi mulai menanjak cepat. Seperti penemuan tegrap,ini
menjadi elemen penting bagi akumulasi teknologi yang akhirnya akan mengarahkan
masyarakat memasuki era media massa elektronik.
Beberapa dekade terakir
percobaan yang dilakukan telah membawa kesuksesan untuk memasuki era dunia montion
picture pada awal abad ke 20. ini diikuti pada tahun 1920-an dengan
pengembangan radio rumah tangga dan pada tahun 1940 an dengan dimulainya
televisi rumah tangga. Bahkan tahun 1950-an pada saat radio mengalami kejenuhan
pada keluarga Amerika,radio berkembang lebih pesat dengan melakukan penetrasi
yang kian meningkat dalam bentuk radio kamar tidur dan dapur didukung
pertumbuhan sejumlah manara pemancar. Pada tahun-tahun selanjutnya media baru
ditambahkan seperti videotek,televisi kabel,dan sebagainya. Komunikasi massa
menjadi satu hal penting dan menjadi bagian dalam kehidupan modern saat ini
Pada era ini masing-masing media
bertambah kompleks dan sempurna akumulasi peralatan media ini telah menjadikan
pertumbuhan masyarakat semakin sempurna, apalagi saat ini telah muncul
komunikasi dengan memakai satelit, acara yang disiarkan oleh media elektronik
misalnya, tidak lagi direkam tetapi banyak yang disiarkan secara langsung dan
tentunya dampaknya pun semakin terasa.
Dan munculnya internet sebagai
bentuk komunikasi massa yang paling baru membawa pengaruh yang tidak sedikit
pula.Internet telah mengambil peran revolusi komikasi yang kian kompleks.
Inilah abad komunikasi massa.
Semua dipercepat,dipermudah,disederhanakan, tetapi dampak negatif yang
ditimbulkan juga akan lebih nyata dan besar. Munculnya era komunikasui massa
adalah keniscayaan yang tidak bisa dihindari Komunikasi massa adalah keniscayaan
sejarah perkembangan manusia dalam melakukan komunikasi. Semakin cerdas
manusia, semakin kompleks dan rumit komunikasi yang dilakukan.
LESSON 3. Fungsi Komunikasi Massa
Wilbur Schramm menyatakan,
komunikasi massa berfungsi sebagai decoder, interpreter dan encoder. Komunikasi
massa mendecode lingkungan sekitar kita, mengawasi kemungkinan timbulnya
bahaya, mengawasi terjadinya persetujuan dan juga efek dari hiburan. Komunikasi
massa menginterpretasikan hal-hal yang di-decode sehingga dapat mengambil kebijakan
terhadap efek, menjaga berlangsungnya interaksi serta membantu anggota-anggota
masyarakat menikmati kehidupan. Komunikasi massa juga meng-encode pesan-pesan
yang memelihara hubungan kita dengan masyarakat lain serta menyampaikan
kebudayaan baru kepada anggota-anggota masyarakat. Peluang ini dimungkinkan
karena komunikasi massa mempunyai kemampuan memperluas pandangan, pendengaran
dalam jarak yang hampir tidak terbatas, dan dapat melipatgandakan suara dan
kata-kata secara luas.
3.1 Informasi
Fungsi informasi merupakan
fungsi paling penting yang terdapat dalam komunikasi massa. Komponen paling
penting untuk mengetahui fungsi informasi ini adalah berita-berita yang
disajikan. Fakta-fakta yang dicari wartawan di lapangan kemudian dituangkannya
dalam tulisan juga merupakan informasi. Fakta yang dimaksud adalah adanya
kejadian yang benar-benar terjadi di masyarakat.
3.2 Hiburan
Fungsi hiburan untuk media
elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibandingkan dengan
fungsi-fungsi yang lain. Masalahnya, masyarakat kita masih menjadikan televisi
sebagai media hiburan. Hal ini mendudukkan televisi sebagai alat utama hiburan
(untuk melepas lelah). Oleh karena itu, jangan heran jika jam-jam prime time (pukul 19.00 sampai
21.00) akan disajikan acara-acara hiburan, entah sinetron, kuis, atau acara
jenaka lainnya.
Sangat sulit untuk diterima
penonton seandainya pada jam prime time televisi menyiarkan acara Dialog
Politik. Jelas acara itu akan menimbulkan penolakan masyarakat.
3.3 Persuasi
Fungsi persuasif komunikasi
massa tidak kalah pentingnya dengan fungsi informasi dan hiburan. Banyak bentuk
tulisan yang kalau diperhatikan sekilas hanya berupa informasi, tetapi jika
diperhatikan secara lebih jeli ternyata terdapat fungsi persuasi. Bagi Josep A.
Devito (1997) fungsi persuasi dianggap sebagai fungsi yang paling penting dari
komunikasi massa. Persuasi bisa datang dari berbagai macam bentuk: Pertama,
mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang; Kedua,
mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang; Ketiga, menggerakkan
seseorang untuk melakukan sesuatu; dan Keempat, memperkenalkan etika, atau
menawarkan sistem nilai tertentu.
3.4 Transmisi Budaya
Transmisi budaya merupakan salah
satu fungsi komunikasi massa yang paling luas, meskipun paling sedikit
dibicarakan. Transmisi budaya tidak dapat dielakkan selalu hadir dalam berbagai
bentuk komunikasi yang mempunyai dampak pada penerimaan individu. Transmisi
budaya mengambil tempat dalam dua tingkatan, kontemporer dan historis. Di dalam
tingkatan kontemporer, media massa memperkuat konsensus nilai masyarakat,
dengan selalu memperkenalkan bibit perubahan secara terus menerus. Hal ini
merupakan faktor yang memberi petunjuk teka-teki yang mengitari media massa,
mereka secara serempak pengukuh status quo dan mesin perubahan.
Sementara itu, secara historis umat manusia telah dapat melewati atau
menambahkan pengalaman baru dari sekarang untuk membimbingnya ke masa depan.
3.5 Mendorong Kohesi Sosial
Kohesi yang dimaksud di sini
adalah penyatuan. Artinya, media massa mendorong masyarakat untuk bersatu.
Dengan kata lain, media massa merangsang masyarakat untuk memikirkan dirinya
bahwa bercerai-berai bukan keadaan yang baik bagi kehidupan mereka. Media massa
yang memberitakan arti pentingnya kerukunan hidup umat beragama, sama saja
media massa itu mendorong kohesi sosial. Akan tetapi, ketika media massa
mempunyai fungsi untuk menciptakan integrasi sosial, sebenarnya di sisi lain
media juga memiliki peluang untuk menciptakan disintegrasi sosial. Jadi, sebenarnya
peluang untuk menciptakan integrasi dan disintegrasi sama besarnya.
3.6 Pengawasan
Bagi Laswell, komunikasi massa
mempunyai fungsi pengawasan. Artinya, menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran
informasi mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekitar kita. Fungsi
pengawasan bisa dibagi menjadi dua, yakni warning
or beware surveillance atau pengawasan peringatan dan instrumental surveillance atau
pengawasan instrumental.
Fungsi peringatan dapat dilihat
dari pemberitaan tentang munculnya badai, topan, gelombang laut yang mengganas,
angin rebut disertai hujan lebat, dan sebagainya. Fungsi pengawasan peringatan
juga meliputi informasi tentang suatu wabah penyakit yang mulai menyebar akan
adanya serangan militer yang dilakukan Negara lain. Sementara itu, fungsi
pengawasan yang kedua yaitu pengawasan instrumental. Aktualisasi dari fungsi
ini adalah penyebaran informasi yang berguna bagi masyarakat. Harga kebutuhan
sehari-hari merupakan informasi penting yang sangat dibutuhkan masyarakat.
3.7 Korelasi
Fungsi
korelasi yang dimaksud adalah fungsi yang menghubungkan bagian-bagian dari
masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Erat kaitannya dengan fungsi ini
adalah peran media massa sebagai penghubung antara berbagai komponen
masyarakat. Bagi Charles R. Wright fungsi korelasi juga termasuk
menginterpretasikan pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu
dalam mereaksi kejadian-kejadian. Salah satu bagian terpenting dalam
menjalankan fungsi korelasi yang termasuk interpretasi bila dilihat dari Tajuk
Rencana atau Hoofd Artikel (Belanda),Leader/Leader Writer
(Inggris) sebuah surat kabar, meskipun tajuk rencana juga memiliki fungsi
persuasi. Tajuk yang biasanya ditulis oleh redaktur senior itu bagi Djafar H.
Assegaff (1983) mempunyai 4 fungsi sebagai berikut :
- Menjelaskan berita
- Mengisi latar belakang
- Meramalkan masa depan
- Meneruskan suatu penilaian moral
Dengan
demikian, tajuk rencana mempunyai fungsi untuk interpretasi kejadian-kejadian
yang ada dalam masyarakat.
3.8 Pewarisan Sosial
Dalam hal ini media massa
berfungsi sebagai seorang pendidik, baik yang menyangkut pendidikan formal
maupun informal yang mencoba meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan,
nilai, norma, pranata, dan etika dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Ada juga yang mengatakan fungsi
pewarisan sosial ini dengan transmisi budaya, Jay Black dan Frederick C.
Whitney (1988) dua diantara ilmuwan komunikasi yang mengatakan itu, tetapi
fungsi ini sama dengan pewarisan sosial. Sebab, yang namanya budaya meliputi
tiga hal, yakni ide atau gagasan, aktivitas, dan benda-benda hasil kegiatan.
Ide yang diwariskan dari satu
generasi ke generasi selanjutnya termasuk kebudayaan. Bagi Black dan Whitney
transmisi budaya media massa bisa memperkuat kesepakatan nilai-nilai sosial
yang ada dalam masyarakat. Disamping itu, media juga berperan untuk selalu
memperkenalkan ide-ide perubahan yang perlu dilakukan masyarakat secara
terus-menerus.
LESSON 4. Elemen Komunikasi Massa
Elemen komunikasi pada komunikasi secara umum juga berlaku bagi komunikasi
massa. Perbedaannya
komunikasi massa dengan komunikasi pada umumnya lebih berdasarkan pada jumlah
pesan berlipat-lipat yang sampai pada penerima. Dalam komunikasi massa pengirim
sering disebut sebagi sumber atau komunikator, sedangkan penerima pesan yang
berjumlah banyak disebut audience,
komunikan, pendengar, pemirsa, penonton, atau pembaca. Sementara itu, saluran dalam komunikasi massa yang
dimaksud antara lain
televisi, radio, surat kabar, buku, film, kaset/cd dan internet yang juga sering disebut media massa.
4.1 Komunikator
Komunikator dalam komunikasi massa sangat berbeda dengan
komunikator komunikasi yang lain, komunikator disini meliputi jaringan,
stasiun lokal,direktur dan staf teknis yang merupakan bagian dari lembaga media
massa.Bersifat mencari keuntungan tidak hanya menyampaikan informasi,
karenakeuntungan tersebut merupakan sumber kehidupan dan kelangsungan
hidupmedia itu sendiri.
Ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh komunikator
dalamkomunikasi massa. Menurut Heibert, Ungurait dan Bohn setidaknya adalima
karateristk media massa antara lain:
A. Daya saing: Setiap media massa harus memiliki daya saing
untuk berkompetisi di industry media massa yang semakin hari semakin
ketat persaingannya. Daya saing tersebut ditumbuhkan dari kebijakan
yangdikeluarkan komunikator dan berorientasi agar media massa itu
tidak bangkrut.
B. Ukuran dan kompleksitas : Merupakan sifat khusus yang melekat
padakomunikator dalam komunikasi massa. Ukuran berhubungan erar dengan
jumlah orang yang dipekerjakan dalam media massa, semakin besar
media massa maka semakin banyak juga orang yang terlibat. Kompleksitas
berkaitan dengan struktur media massa yang makin rumit jika jumlah tenaga
kerjanya yang makin banyak.
C. Industrialisasi
: Dampak dari banyaknya orang yang dipekerjakan adalah dibutuhkannya manajemen
yang prosesional dengan struktur yang kompleks, karenanya media perlu dikelola
seperti halnya industry.
4.2 Pesan/ Isi
Masing-masing
media massa mempunyai kebijakan sendiri dalam melakukan pengelolaan isi. si atau content suatu media massa tidak pernah sama antara yang satu dengan
yang lainnya, sebab dalam melayani masyarakat yang beragam juga menyangkut
individu atau kelompok sosial. Menurut Ray Eldon Hiebert (1995) media harus
memuat setidaknya-tidaknya beberapa hal antar lain:
a.
Berita
informasi : merupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh media massa, setiap hari
media massa melaporkan kejadian di seluruh dunia kepada khalayaknya, hal ini
merupakan bentuk tanggung jawab media massa sebagai saluran komunikasi.
b.
Analisis
dan integrasi : Selain melaporkan berita, media massa juga menganalisis berita
tersebut. Melalui keahlian dalam menginterpretasikan pesan dan fakta-fakta dari
lapangan, media massa menyajikan berita yang mudah untuk dipahami. Usaha untuk
menginterpretasikan fakta-fakta dilapangan ini tidak berarti bahwa sajian
berita yang disampaikan semuanya harus baik. Akan tetapi media massa dituntut untuk
melakukan pelaporan secara detail, tidak ceroboh dan tidak berat sebelah.
a. Pendidikan dan sosialisasi : Ketika
media massa menyampaikan informasi dan analisisnya memberikan ilmu pengetahuan,
secara tidak langsung media massa memfungsikan dirinya sebagai pendidik. Dengan
kata lain, apa yang disajikan mengandung unsure pendidikan. Fungsi pendidikan
ini secara tidak langsung ada kaitannya dengan sosialisasi suatu ilmu
pengetahuan dari generasi satu ke generasi selanjutnya.
b. Hubungan masyarakat : Isi media
menghubungkan antarpihak, seperti rubric opini, surat pembaca dsb yang dapat
menghubungkan antarpihak.
c. Iklan dan bentuk penjualan lain : Iklan
tidak dapat dipisahkan dari media massa, iklan berfungsi sebagai persuasi.
Lewat iklanlah hidup mati media massa ditentukan walaupun beberapa media dapat
hidup tanpa iklan namun hal ini jarang sekali. Karena iklan merupakan sumber
pendapatan media tersebut.
d. Hiburan : Selain berita media massa juga
harus menampilkan sisi yang dapat menghibur masyarakat.
4.3 Audience
Audience atau khalayak adalah massa yang menerima informasi massayang
disebarkan melalui media massa,audience atau komunikan dalamkomunikasi massa sangat
beragam mulai dari jutaan penonton televisi,ribuan pembaca buku, majalah, surat
kabar atau jurnal ilmiah. MenurutHeibert dan kawan-kawan
Audience dalam komunikasi massa memilikikarakteristik yakni:
A. Audience cenderung berisi individu-individu yang condong
untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial
diantaramereka. Individu tersebut memilih produk media yang mereka
gunakan berdasarkan seleksi kesadaran.
B. audience cenderung besar, besar berarti tersebar diseluruh
wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa. Meskipun begitu ukuran luas ini
sifatnya relative, tak ada ukuran pasti tentang luasnya audience itu.
C. audience bersifat heterogen berasal dari berbagai lapisan dan
kategori sosial. Beberapa media mempunyai sasaran tetapi heterogenitasnya tetap
ada.
D. audience cenderung anonim yakni tidak mengenal satu sama
lain.
E. audience secara fisik dipisahkan dari komunikator
4.4 Umpan Balik
Umpan balik yang
terjadi di media komunikasi massa adalah umpan balik tidak langsung, jadi
komunikan memberikan reaksi kepada komunikator dalam jangka waktu tertentu dan
tidak langsung seperti dalam komunikasi tatap muka. Jadi umpan balik tidak
langsung bisa dikatakan sebagai ciri utama komunikasi massa. Akibat
perkembangan teknologi komunikasi yang terkomputerisasi beberapa decade
belakangan ini, memunculkan perkembangan baru umpan balik dalam saluran
komunikasi massa. Salah satu daya tarik televise atau media cetak dapat dilihat
dari pemasangan iklan, semakin popular suatu acara maka semakin banyak iklan
yang masuk. Dengan demikian iklan merupakan salah satu umpan balik dari program
suatu acara. Untuk memutuskan melakukan pemasangan iklan biasanya pemsang iklan
melihat rating popularitas acara
tersebut, dengan demikian rating juga
merupakan salah satu bentuk feedback.
4.5 Gatekeeper
Gatekeeper adalah
penyeleksi informasi, sebagaimana diketahui bahwa komunikasi massa dijalankan
oleh beberapa orang dalam organisasi media massa. Mereka inilah yang menyeleksi
informasi yang akan disiarkan atau tidak disiarkan.
Istilah gatekeeper
pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin tahun 1947. Menurut John R.Bittner, gatekeeper diartikan sebagai individu-individu
atau kelompok orang yang memantau arus informasi dalam sebuah saluran
komunikasi.
Semua saluran media massa mempunyai sejumlah gatekeeper. Mereka
memainkan peranan dalam beberapa fungsi, mereka bisa menghapus pesan atau
bahkan memodifikasi dan menambah pesan yang akan disebarkan. Mereka pun bisa
menghentikan sebuah informasi dan tidak membuka “pintu gerbang” (gate) bagi keluarnya informasi yang
lain.
Bagaimana membedakan seseorang dalam media massa yang
bertindak sebagai komunikator dan gatekeeper? Ray Eldon Hibert mencoba meberikan jawaban :
Seseorang yang menciptakan atau membuat disebut sebagai komunikator sedangkan
jika seseorang yang mengevaluasi ciptaan orang lain adalah gatekeeper.
Gatekeeper memiliki efek potensial didalam
proses komunikasi massa, khususnya jika media yang seharusnya milik masyarakat
itu dikontrol oleh “elite minoritas” dengan melarang hak public untuk
mengetahui. Misalnya “elite minoritas” adalah pemilik modal, pemilik modal ada
kalanya mempengaruhi kerja gatekeeper. Pemilik modal berharap apa yang disiarkan sesuai
dengan kebijakannya.
Penapisan informasi yang dilakukan oleh gatekeeper memunculkan efek, salah satunya
adalah distorsi informasi. Distorsi informasi terdiri dari dua, yakni systematic distortion dan random distortion.Systematic distortion biasanya
terjadi melalui pembiasaan informasi yang disengaja seperti pemutar balikan
fakta agar audience mengikuti konstruksi informasi yang diciptakan media massa.
Sementara random distortion terjadi
melalui kecerobohan atau ketidaktahuan yang sangat berkaitan dengan human error. Kecerobohan mungkin terjadi
karena kekurangan informasi, tergesa-gesa untuk target sasaran terbit.
Sementara ketidaktahuan bisa dikatakan distorsi karena komunikator sengaja
memberitakan atau menyiarkan informasi yang dia sendiri tidak mengetahui pasti
permasalahan tersebut.
4.6 Gangguan
Gangguan dalam komunikasi massa bisanya selalu ada, semakin kompleks
teknologi yang digunakan masyarakat semakin besar pula peluang munculnya
gangguan serta semakin banyak variasi program acara yang disajikan maka semakin
meningkat munculnya gangguan.
Gangguan
dalam komunikasi massa terbagi menjadi dua macam yakni gangguan saluran dan
gangguan semantik. Gangguan saluran ini dibagi menjadi dua yakni ganguan dalam
dan gangguan luar.
Gangguan dalam contohnya kesalahan cetak, kata yang hilang atau
paragraf yang dihilangkan dari surat kabar atau bisa juga gambar tidak jelas dalam saluran
televisi.
Sedangkan
gangguan luar contohnya telepon yang berdering dan gangguan
suara ribut. Adapun gangguan semantik adalah gangguan yang berhubungan dengan
bahasa atau dapat dikatakan gangguan semantik adalah gangguan dalam proses komunikasi yang diakibatkan
oleh pengirim atau penerima pesan itu sendiri. Biasanya gangguan ini sangat
terasa sekali dalam media elektronik.
LESSON. 5 Proses dan Model Komunikasi Massa
5.1 Proses Komunikasi Massa
Komunikasi massa
dalam prosesnya melibatkan banyak orang yang bersifat kompleks dan rumit. Menurut McQuail (1999) proses komunikasi massa terlihat berproses dalam
bentuk:
1. Melakukan
distribusi dan penerimaan informasi dalam skala besar. Jadi proses komunikasi
massa melakukan distribusi informasi kemasyarakatan dalam skala yang besar,
sekali siaran atau pemberitaan jumlahdan lingkupnya sangat luas dan besar.
2. Proses komunikasi massa cenderung
dilakukan melalui model satu arah yaitu dari komunikator kepada komunikan atau
media kepada khalayak. Interaksi yang
terjadi sifatnya terbatas.
3. Proses komunikasi massa berlangsung
secara asimetris antara komunikator dengan komunikan. Ini menyebabkan komunikasi antara mereka
berlangsung datar dan bersifat sementara. Kalau terjadi sensasi emosional
sifatnya sementara dan tidak permanen.
4. proses komunikasi massa juga berlangsung
impersonal atau non pribadi dan anonim.
5. Proses komunikasi massa juga berlangsung
didasarkan pada hubungan kebutuhan-kebutuhan di masyarakat. Misalnya program
akan ditentukan oleh apa yang dibutuhkan pemirsa. Dengan demikian media massa juga ditentukan
oleh rating yaitu ukuran di mana suatu program di jam yang sama di tonton oleh
sejumlah khalayak massa.
5.2 Model-Model Komunikasi Massa
A. Model Alir
dua Tahap (Two-STep
Flow Model)
1. Model ini
menyatakan, pesan-pesan media massa tidak seluruhnya mencapai massa audience secara
langsung, sebagian besar malahan berlangsung secara bertahap. Tahap pertama
dari media massa kepada orang-orang tertentu di antara mass audience (opinion
leaders) yang bertindak selaku gate-keepers.
2. Dari sini
pesan-pesan media diteruskan kepada anggota-anggota mass audience yang lain
sebagai tahap yang kedua sehingga pesan-pesan media akhirnya mencapai seluruh
penduduk.
3. Para opinion
leaders dan followers secara keseluruhan adalah mass audience. Pada umumnya
opinion leader lebih banyak bersentuhan dengan media massa dibandingkan dengan
followers. Karena posisinya, opinion leader mempunyai pengaruh alas
follower-nya, yang atas peranan opinion leader pesan-pesan media mendapatkan
efek yang kuat.
B. Model
Alir Banyak Tahap (Multi-Step Flow Model)
1. Model alir
banyak tahap merupakan gabungan dari semua model. Model ini menyatakan,
pesan-pesan media massa menyebar kepada khalayak melalui suatu interaksi yang
amat kompleks.
2. Media
mencapai khalayak dapat secara langsung dan dapat pula melalui macam-macam
penerusan (relaying) secara beranting, baik melalui pemuka-pemuka masyarakat
(opinion leaders) maupun melalui situasi saling berhubungan antara sesama
anggota khalayak.
3. Model alir
banyak tahap dilandasi pada suatu fungsi penerusan, yang sering terjadi dalam
sebagian besar situasi komunikasi. Model ini tidak memerlukan suatu jumlah
tertentu dari tahap-tahap yang mesti dilalui, dan tidak menerangkan, suatu
pesan harus mengalir dari suatu sumber lewat saluran-saluran media massa.
4. Model alir
banyak tahap menyatakan, ada sejumlah variabel penerusan dalam arus komunikasi
massa dari sumber media massa kepada khalayak yang luas.
5. Beberapa
anggota dari khalayak luas itu memperoleh pesan-pesan secara langsung dari
media massa, sementara yang lain memperolehnya dari sumber atau saluran lain,
atau dari tangan kedua, ketiga, atau yang setcrusnya lagi.
6. Jumlah yang
tepat dari tahap-tahap dalam proses itu bcrgantung pada maksud sumber,
tersedianya media massa, atau maksud kctcrpaan mereka, sifat pesan dan
penampilan, atau sifat kcmenarikannya terhadap khalayak.
7. Dewasa ini
banyak peneliti komunikasi menaruh kepercayaan pada konsepsi model alir banyak
tahap tentang proses komunikasi massa, sekurang-kurangnya secara intuitif
menyetujuinya.
8. Model alir
banyak tahap memungkinkan dilakukannya suatu analisis yang lebih tepat atas
proses atau jalannya pesan-pesan media, sebab model ini memberikan kesempatan
seluas-luasnya bagi peneliti untuk memperhitungkan secara lebih tepat
kemungkinan atau variabelvariabel yang berbeda-beda dalam situasi komunikasi
yang berbeda-beda pula.
9. Model alir
banyak tahap merupakan model yang paling sedikit kekhususannya atau
keterbatasannya bila dibandingkan dengan model-model lain.
C. Model
Komunikasi De Fleur
Model komunikasi
De fleur pada dasarnya pengembangan teori komunikasi Shannon dan Weaver. Model
komunikasi ini menggambarkan proses komunikasi melalui media massa.
Terdapat 8
komponen proses komunikasi massa, yaitu: source, transmitter, channel,
receiver, destination, noise, mass medium device(sarana medium massa), dan
feedback device (sarana umpan penyampaian balik) .
D. Model Michael W Gamble dan Teri Kwal Gamble
Model komunikasi
massa yang dikemukakan oleh Gamble dan Gamble bisa dijadikan pembeda komunikasi
massa dengan komunikasi secara umum Perbedaannya adalah digunakannya media
massa modern sebagai salah satu unsur yang memengaruhi model komunikasi yang
dijalankan. Perbedaan lain adalah dikemukakannya fungsi gatekeeper dalam model
ini.
a. Jika diringkas, sumber pesan mengalirkan
pesan yang “diedit” oleh penapis
informasi.
Kemudian pesan tersebut disebarkan melalui
peralatan media massa, lalu diterima oleh audience.
b. Proses penerimaan pesan yang dilakukan
oleh audience dipengaruhi oleh berbagai gangguan.
c. Alur pesan selanjutnya, audience
memberikan umpan balik pada pengirim pesan melalui berbagai macam saluran.
d. Proses penyebaran dan penerimaan pesan
tersebut terus berjalan tanpa henti (komunikator dan komunikan) sama-sama
penting di dalam proses komunikasi massa tersebut.
e. Ciri lain : Audience ketika memberi repson
kepada pengelola media, menurut G&G ia berposisi sebagai komunikator, dan pengelola
media sebagai komunikan.
E. Model
HUB (Herbert, Ungrait, Bohn)
Model ini menunjukkan bahwa proses
komunikasi massa merupakan proses yang skuler, dinamis dan terus menerus
berkembang model ini berbentuk lingkungan untuk menunjukkan bahwa komunikasi
adalah suatu rangkaian aksi dan reaksi. Model ini mengibaratkan komunikasi
sebagai proses yang mirip dengan peristiwa ketika sebuah batu kerikil dilempar
ke dalam kolam. Krikil itu akan menimbulkan riak-riak air yang akan terus
membesar sampai menyentuh tepian kolam dan memantulka kembali ke tengah pusat
riak.
F. Model
Black dan Whitney
Model ini kurang begitu detail
menampilkan elemen-elemen dalam komunikasi massa, misalnya model ini tidak
memberikan peranan gatekeeper sebagai penapis atau palang pintu informasi.
Paling tidak penggagas model ini
memasukkan seorang sumber yang dengan sengaja ingin memengaruhi mass audience,
pesan yang berpeluang mengalami gangguan atau kegaduhan karena memakai saluran
media massa, audience itu sendiri yang beragam minat dan kepentingan dalam
memanfaatkan pesan-pesan media massa dan umpan balik yang tertunda dan
multiefek karena pesan tersebut ditanggapi secara beragam oleh audience satu
sama lain, sehingga akan memunculkan efek yang berlainan satu sama lain.
G. Model
Bruce Westley dan Malcom McLean
Bruce Westley dan Malcolm MacLean
memperkenalkan model komunikasi mereka untuk membantu menjelaskan komunikasi
interpersonal serta media komunikasi massa, menjelaskan bahwa melalui teori
mereka, segala bentuk komunikasi, sederhana atau kompleks, dapat dimodelkan dan
dipelajari. Tidak hanya teori komunikasi mereka saat ini dari satu sumber ke
sumber lain, juga dieksplorasi komunikasi didefinisikan sebagai umpan balik,
dikirim dari penerima untuk presenter, untuk membantu pembicara dalam
menyesuaikan komunikasi mereka sehingga untuk lebih meningkatkan memahami
penerima informasi yang disampaikan .
Teori Westley dan MacLean Komunikasi
diwakili dalam empat versi, masing-masing gedung pada versi sebelumnya untuk
meningkatkan tingkat detail yang terjadi dalam komunikasi. Masing-masing versi
berisi variabel yang mewakili peran yang berbeda dalam komunikasi. Variabel X
mewakili berbagai informasi yang harus disampaikan melalui komunikasi, dan juga
dapat menentukan rangsangan yang berbeda yang diarahkan pada penerima
komunikasi. Mewakili orang atau benda dengan peran advokasi dalam komunikasi,
dalam bahwa mereka mencoba untuk sengaja mengirimkan informasi sepanjang model
komunikasi. C merupakan pemancar kurang tujuan informasi dari A, bertindak
seperti saluran untuk informasi, X, untuk diteruskan ke B, peran penerima atau
penonton komunikasi.
H. Model
Maletzke
Model Komunikasi Maletzke adalah model proses
komunikasi massa yang menekankan pada 4 komponen utama yaitu: Communicator,
message, medium, and receiver. Dalam model ini khalayak didalam melakukan
pencarian informasi, disebabkan oleh kebutuhan rasa ini ingin tahu (need
cognition) dan gaya intuisi seseorang (personal cognition style). Keterpaan
media massa dapat diukur melalui sumber-sumber media massa yang digunakan,
curahan waktu untuk penerimaan pesan media, dan jenis pemakaian pesan. Tipologi
kebutuhan manusia yang dapat dipenuhi media massa adalah kebutuha hiburan,
hubungan personal, identitas pribadi dan pengumpulan informasi.
Menurut Maltzke, khalayak tidak
dipengaruhi oleh media massa dalam keadaan kosong. Pesan merupakan bagian dari
kehidupan sehari-hari khalayak. Pesan itu disaring berdasarkan keyakinan,
sikap, nilai-nilai, dan lingkungan sosialnya.
I. Model
Bryant dan Wallace
Secara umum, model ini dikenal sebagai model
untuk mengamati arus pesan dalam media elektronik.
Secara khusus, model ini tidak memasukkan gatekeeper
dalam proses peredaran pesan, sehingga media dianggap sebagai ”dewa informasi”
karena seluruh pesan dari media dapat langsung diterima secara utuh pada
masyarakat.
LESSON 6. TEORI KOMUNIKASI
MASSA
6.1 Penerapan Komunikasi Massa
A. Hypodermic
Needle Theory
Pada
umumnya khalayak dianggap hanya sekumpulan orang yang homogen dan mudah
dipengaruhi. Sehingga, pesan-pesan yang disampaikan pada mereka akan selalu
diterima. Fenomena tersebut melahirkan teori ilmu komunikasi yang dikenal
dengan teori jarum suntik (Hypodermic Needle Theory). Teori ini menganggap
media massa memiliki kemampuan penuh dalam mempengaruhi seseorang. Media massa
sangat perkasa dengan efek yang langsung pada masyarakat. Khalayak dianggap
pasif terhadap pesan media yang
disampaikan. Teori ini dikenal juga dengan teori peluru, bila komunikator dalam
hal ini media massa menembakan peluru yakni pesan kepada khalayak, dengan mudah
khalayak menerima pesan yang disampaikan media. Teori ini makin powerfull
ketika siaran radio Orson Welles (1938) menyiarkan tentang invansi makhluk dari
planet mars menyebabkan ribuan orang di Amerika Serikat panik.
Teori
ini berkembang di sekitar tahun 1930 hingga 1940an. Teori ini mengasumsikan
bahwa komunikator yakni media massa digambarkan lebih pintar dan juga lebih
segalanya dari audience.
Teori
ini memiliki banyak istilah lain. Biasa kita sebut Hypodermic needle (teori
jarum suntik), Bullet Theory (teori peluru) transmition belt theory (teori
sabuk transmisi). Dari beberapa istilah lain dari teori ini dapat kita tarik
satu makna , yakni penyampaian pesannya hanya satu arah dan juga mempunyai efek
yang sangat kuat terhadap komunikan.
B. Cultivation
Theory
Gerbner menyebut efek televisi ini sebagai
kultivasi (cultivation), yang artinya ‘penanaman’, istilah yang pertama kali
dikemukakan pada tahun 1969. Televisi dengan segala pesan dan gambar yang
disajikannya merupakan proses atau upaya untuk ‘menanamkan’ cara pandang yang
sama terhadap realitas dunia kepada khalayak. Televisi dipercaya sebagai
instrumen atau agen yang mampu menjadikan masyarakat dan budaya bersifat
homogen (homogenizing agent) (Littlejohn & Foss, 2005, hlm.299).
Teori
kultivasi / analisis kultivasi adalah teori yang memperkirakan dan menjelaskan
pembentukan persepsi, pengertian, dan kepercayaan mengenai dunia sebagai hasil
dari mengonsumsi pesan media dalam jangka panjang. Dengan kata lain, realitas
yang khalayak media terima adalah realitas yang diperantarai (mediated
reality). Teori kultivasi tidak membahas efek dari suatu tayangan tertentu (apa
yang akan dilakukan seseorang setelah menonton suatu tayangan), tetapi
mengemukakan gagasan mengenai budaya secara keseluruhan.
C. Cultural
Imperialism Theory
Teori
ini pertama kali dikemukakan oleh Herb Schiller pada tahun 1973. Tulisan
pertama Schiller yang dijadikan dasar bagi munculnya teori ini adalah
Communication and Cultural Domination. Teori imperialisme budaya menyatakan
bahwa negara Barat mendominasi media di seluruh dunia ini. Ini berarti pula,
media massa negara Barat juga mendominasi media massa di dunia ketiga.
Alasannya, media Barat mempunyai efek yang kuat untuk mempengaruhi media dunia
ketiga. Media Barat sangat mengesankan bagi media di dunia ketiga. Sehingga
mereka ingin meniru budaya yang muncul lewat media tersebut. Dalam perspektif
teori ini, ketika terjadi proses peniruan media negara berkembang dari negara
maju, saat itulah terjadi penghancuran budaya asli di negara ketiga.
Kebudayaan
Barat memproduksi hampir semua mayoritas media massa di dunia ini, seperti
film, berita, komik, foto dan lain-lain. Mengapa mereka bisa mendominasi
seperti itu? Pertama, mereka mempunyai uang. Dengan uang mereka akan bisa
berbuat apa saja untuk memproduksi berbagai ragam sajian yang dibutuhkan media
massa. Bahkan media Barat sudah dikembangkan secara kapitalis. Dengan kata
lain, media massa Barat sudah dikembangkan menjadi industri yang juga
mementingkan laba.
Kedua,
mereka mempunyai teknologi. Dengan teknologi modern yang mereka punyai
memungkinkan sajian media massa diproduksi secara lebih baik, meyakinkan dan
“seolah nyata”. Jika Anda pernah menyaksikan film Titanic ada kesan kapal
Titanic tersebut benar-benar ada, padahal itu semua tidak ada. Bahkan ketika
kapal tersebut akhirnya menabrak gunung es dan tenggelam, seolah para penumpang
kapal itu seperti berenang di laut lepas, padahal semua itu semu belaka. Semua
sudah bisa dikerjakan dengan teknologi komputer yang seolah kejadian nyata. Semua
itu bisa diwujudkan karena negara Barat mempunyai teknologi modern.
Negara
dunia ketiga tertarik untuk membeli produk Barat tersebut. Sebab, membeli
produk itu jauh lebih murah jika dibanding dengan membuatnya sendiri. Berapa
banyak media massa Indonesia yang setiap harinya mengakses dari media massa
Barat atau kalau berita dari kantor berita Barat. Setiap hari koran-koran di
Indonesia seolah berlomba-lomba untuk menampilkan tulisan dari kantor berita
asing. Bahkan, foto demonstrasi di Jakarta yang seharusnya bisa difoto oleh
wartawan Indonesia sendiri justru berasal dari kantor berita AFP (Perancis).
Sesuatu yang sulit diterima, tetapi nyata terjadi.
Dampak
selanjutnya, orang-orang di negara dunia ketiga yang melihat media massa di
negaranya akan menikmati sajian-sajian yang berasal dari gaya hidup,
kepercayaan dan pemikiran. Kalau kita menonton film Independence Day saat itu
kita sedang belajar tentang Bangsa Amerika dalam menghadapi musuh atau
perjuangan rakyat Amerika dalam mencapai kemerdekaan. Berbagai gaya hidup
masyarakatnya, kepercayaan dan pemikiran orang Amerika ada dalam film itu.
Mengapa bangsa di dunia ketiga ingin menerapkan demokrasi yang memberikan
kebebasan berpendapat? Semua itu dipengaruhi oleh sajian media massa Barat yang
masuk ke dunia ketiga.
Selanjutnya,
negara dunia ketiga tanpa sadar meniru apa yang disajikan media massa yang
sudah banyak diisi oleh kebudayaan Barat tersebut. Saat itulah terjadi
penghancuran budaya asli negaranya untuk kemudian mengganti dan disesuaikan
dengan budaya Barat. Kejadian ini bisa dikatakan terjadinya imperialisme budaya
Barat. Imperialisme itu dilakukan oleh media massa Barat yang telah mendominasi
media massa dunia ketiga.
Salah
satu yang mendasari munculnya teori ini adalah bahwa pada dasarnya manusia
tidak mempunyai kebebasan untuk menentukan bagaimana mereka berpikir, apa yang
dirasakan dan bagaimana mereka hidup. Umumnya, mereka cenderung mereaksi apa
saja yang dilihatnya dari televisi. Akibatnya, individu-individu itu lebih
senang meniru apa yang disajikan televisi. Mengapa? Karena televisi menyajikan
hal baru yang berbeda dengan yang biasa mereka lakukan.
Teori
ini juga menerangkan bahwa ada satu kebenaran yang diyakininya. Sepanjang
negara dunia ketiga terus menerus menyiarkan atau mengisi media massanya
berasal dari negara Barat, orang-orang dunia ketika akan selalu percaya apa
yang seharusnya mereka kerjakan, pikir dan rasakan. Perilaku ini sama persis
seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang berasal dari kebudayaan Barat.
Teori
imperislisme budaya ini juga tak lepas dari kritikan. Teori ini terlalu
memandang sebelah mata kekuatan audience di dalam menerima terpaan media massa
dan menginterpretasikan pesan-pesannya. Ini artinya, teori ini menganggap bahwa
budaya yang berbeda (yang tentunya lebih maju) akan selalu membawa pengaruh
peniruan pada orang-orang yang berbeda budaya. Tetepi yang jelas, terpaan yang
terus-menerus oleh suatu budaya yang berbeda akan membawa pengaruh perubahan,
meskipun sedikit.
D. Media Equation Theory
(The
Media Equation Theory) dikemukakan oleh Byron Reeves dan Clifford Nass melalui
tulisan mereka yang berjudul The Media Equation : How People Treat Computers,
Television, and New Media Like Real People and Places. Keduanya merupakan
profesor di jurusan Komunikasi Universitas Stanford Amerika. Melalui
serangkaian penelitian yang mereka lakukan, Reeves dan Nass ingin melihat
bagaimana komunikasi yang terjadi antara seorang individu dengan media.
Hasilnya, berdasarkan teori persamaan media ini (teori ekuasi) Reeves dan Nass
menggambarkan persoalan bagaimana orang-orang secara tidak sadar bahkan secara
otomatis merespon apa yang dikomunikasikan media, seolah media itu manusia.
Teori
persamaan media dari Reeves dan Nass ini mencoba memperlihatkan bahwa media
juga bisa diajak berbicara. Media bisa menjadi lawan bicara individu seperti
dalam komunikasi interpersonal yang melibatkan dua orang dalam situasi face to
face. Dalam teori persamaan ini, media dianggap sebagai bagian dari kehidupan
nyata (media and the real life are the same).
E. Spiral
of Silence Theory
Berangkat
dari asumsi tersebut, spiral kesunyian selanjutnya menjelaskan bahwa individu
pada umumnya berusaha untuk menghindari isolasi, dalam arti sendirian
mempertahankan sikap atau keyakinan tertentu. Oleh karenanya orang akan
mengamati lingkungannya untuk mempelajari pandangan-pandangan mana yang
bertahan dan mendapatkan dukungan dan mana yang tidak dominan atau populer,
maka ia cendrung kurang berani mengekspresikan, karena adanya ketakutan akan
isolasi tersebut. Pada sebuah isu kontroversial, orang-orang membentuk kesan
tentang distribusi opini. Mereka mencoba menentukan apakah mereka merupakan
mayoritas, dan kemudia mereka mencoba menentukan apakah opini Publik sejalan
dengan mereka. Apabila mereka merasa adalah minoritas, maka mereka cenderung
untuk diam berkenaan dengan isu tersebut. Semakin mereka diam, semakin orang
lain merasa bahwa sudut pandang tertentu tidak terwakili, dan mereka semakin
diam.
Jumlah
orang yang tidak secara terbuka mengekspresikan pendapat yang berbeda dan
perubahan dari pendapat yang berbeda kepada pendapat yang dominan.
Sebalikya,
pendapat yang dominan akan menjadi semakin luas dan kuat. Semakin banyak orang
merasakan kecendrungan ini dan menyesuaikan pendapatnya, maka satu kelompok
pendapat akan menjadi dominan, sementara lainnya akan menyusut. Jadi
kecendrungan seseorang untuk menyatakan pendapat dan orang lainnya menjadi
dinamakan mengawali suatu proses spiral yang meningkatkan kemapanan satu
pendapat sebagai pendapat umum atau pendapat yang dominan.
Teori
spiral kebisuan mengacu hanya pada satu prinsip, walaupun itu merupakan salah
satu yang paling penting dari komunikasi massa. Dalam istilah umum teori spiral
kebisuan ini lebih memperhatikan pengaruh antara empat elemen: komunikasi
massa; komunikasi interpersonal dan relasi sosial; ungkapan opini individu; dan
persepsi individu yang ada di sekitar ’opini iklim’ mereka dalam lingkungan
sosial. Teori ini mendasarkan asumsinya pada pemikiran sosial-psikologis tahun
30-an yang menyatakan bahwa pendapat pribadi sangat tergantung pada apa yang
dipirkan oleh orang lain, atau atas apa yang orang rasakan sebagai pendapat
dari orang lain.
F. Technological
Determinism Theory
Marshall
McLuhan adalah pencetus dari teori determinisme teknologi ini pada tahun 1962
melalui tulisannya The Guttenberg Galaxy : The Making of Typographic Man. Dasar
teorinya adalah perubahan pada cara berkomunikasi akan membentuk cara berpikir,
berperilaku, dan bergerak ke abad teknologi selanjutnya di dalam kehidupan
manusia. Sebagai intinya adalah determinisme teori, yaitu penemuan atau
perkembangan teknologi komunikasi merupakan faktor yang mengubah kebudayaan
manusia. Di mana menurut McLuhan, eksistensi manusia ditentukan oleh perubahan
mode komunikasi.
Perubahan
pada mode komunikasi membentuk suatu budaya dengan melalui beberapa tahapan,
yaitu :
1.
penemuan dalam teknologi komunikasi
2.
perubahan dalam jenis-jenis komunikasi
3.
peralatan untuk berkomunikasi
Dengan
dilaluinya ketiga tahapan di atas, maka akhirnya peralatan tersebut membentuk
atau mempengaruhi kehidupan manusia. Selanjutnya akan terjadi beberapa
perubahan besar yang terbagi dalam empat periode/era, yaitu dapat dijelaskan
dalam bagan di bawah ini :
Pertama,
era kesukuan atau the tribal age. Pada periode ini, manusia hanya mengandalkan
indera pendengaran dalam berkomunikasi. Mengucapkan secara lisan berupa
dongeng, cerita, dan sejenisnya.
Kedua,
era tulisan atau the age of literacy. Manusia telah menemukan alfabet atau
huruf sehingga tidak lagi mengandalkan lisan, melainkan mengandalkan pada
tulisan.
Ketiga,
era cetak atau the print age. Masih ada kesinambungan dengan alfabet, namun
lebih meluas manfaatnya karena telah ditemukan mesin cetak.
Keempat,
era elektronik atau the electronic age. Contoh dari teknologi komunikasi yaitu
telephon, radio, telegram, film, televisi, komputer, dan internet sehingga
manusia seperti hidup dalam global village.
Teknologi
komunikasi yang digunakan dalam media massa tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia atau menurut Em Griffin (2003 : 344) disebut nothing remains
untouched by communication technology. Dan dalam perspektif McLuhan, bukan isi
yang penting dari suatu media, melainkan media itu sendiri yang lebih penting
atau medium is the message.
Contoh
yang dapat ditemui dalam realita yaitu perkembangan teknologi yang semakin maju
membuat segalanya serba ingin cepat dan instan. Teknologi sebagai peralatan
yang memudahkan kerja manusia membuat budaya ingin selalu dipermudah dan
menghindari kerja keras maupun ketekunan. Teknologi juga membuat seseorang
berpikir tentang dirinya sendiri.
Jiwa
sosialnya melemah sebab merasa bahwa tidak memerlukan bantuan orang lain jika
menghendaki sesuatu, cukup dengan teknologi sebagai solusinya. Akibatnya, tak
jarang kepada tetangga dekat kurang begitu akrab karena telah memiliki
komunitas sendiri, meskipun jarak memisahkan, namun berkat teknologi tak
terbatas ruang dan waktu.
Solusi
agar budaya yang dibentuk di era elektronik ini tetap positif, maka harus
disertai dengan perkembangan mental dan spiritual. Diharapkan informasi yang
diperoleh dapat diolah oleh pikiran yang jernih sehingga menciptakan
kebudayaan-kebudayaan yang humanis.
G. Diffusion of Inovation
Theory
Teori Difusi Inovasi
pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan
(dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada
sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan pengertian
difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the process by which an innovation is
communicated through certain channels over time among the members of a social
system.”
Lebih
jauh dijelaskan bahwa difusi adalah
suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaranan
pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers (1961) difusi
menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of invention or
creation to its ultimate users or adopters.”
Sesuai
dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 elemen pokok,
yaitu:
1. Inovasi; gagasan,
tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini,
kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang
menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi
untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama
sekali.
2. Saluran komunikasi;
’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima.
Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidak perlu memperhatikan
tujuan diadakannya komunikasi dan karakteristik penerima. Jika komunikasi
dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan
tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien,
adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap
atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling
tepat adalah saluran interpersonal.
3. Jangka
waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai
memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan
itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat
dalam proses pengambilan keputusan inovasi, keinovatifan seseorang: relatif
lebih awal atau lebih lambat dalammenerima inovasi, dan kecepatan pengadopsian
inovasi dalam sistem sosial.
4. Sistem
sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam
kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama.
H. Uses and Gratifications
Theory
Uses and Gratification atau penggunaan dan
Pemenuhan (kepuasan) merupakan pengembangan dari teori atau model jarum
hipordemik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan oleh media
pada diri seseorang, tetapi ia tertarik dengan apa yang dilakukan orang
terhadap media. Khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi
kebutuhannya.
Uses
and Gtaifications menunjukan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah
bagaimana media mengubah sikap dan perilaku
khalayak, tetapi bagaiman media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. khalayak
dianggap secara aktif dengan sengaja menggunakan media untuk memenuhi
kebutuhan dan mempuyai tujuan.
Studi
dalam bidang memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) isi media untuk
mendapat kepuasan (Gratications) atas pemenuhan kebutuhan seseorang dan dari
situlah timbul istilah Uses Gtarifications. Sebagian besar prilaku khalayak
akan dijelaskan melalui berbagai
kebutuhan dan kepetingan individu. Dengan demikian, kebutuhan individu
merupakan titik awal kemunculan teori ini.
Uses
and Gtaification pada awalnya muncul ditahun 1940 samapai 1950 para pakar melakukan
penelitian mengapa khalayak terlibat
berbagai jenis perilaku komunikasi. Lalu
mengalami kemunculan kembali dan penguatan di tahun 1970an dan 1980an.
Para
teoritis pendukung Teori Uses and Gtaification berargumentasi bahwa kebutuhan
manusialah yang mempengaruhi bagaimana mereka menggunakan dan merespon saluran
media. Dengan demikian kebutuhan individu merupakan titik awal kemunculan teori
ini.
Teori
use and gratificaion ini adalah kebalikan dari teori peluru atau jarum
hipodemik. dalam teori peluru media itu sangant aktif dalam all powerfull
berada audience. sementara berada
dipihak pasif. Sementara dalam teori aktif
use and gartification ditekanka bahwa audience itu aktif untuk memillih
mana media yang harus dipilih untuk memuaskan kebutuhannya.
I. Agenda Setting Theory
Agenda Setting Theory adalah teori yang
menyatakan bahwa media massa berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran dengan
kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan
informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta
perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa.
Teori Agenda Setting pertama dikemukakan
oleh Walter Lippman (1965) pada konsep “The World Outside and the Picture in
our head”, penelitian empiris teori ini dilakukan Mc Combs dan Shaw ketika
mereka meniliti pemilihan presiden tahun 1972. Mereka mengatakan antara lain
walaupun para ilmuwan yang meneliti perilaku manusia belum menemukan kekuatan
media seperti yang disinyalir oleh pandangan masyarakat yang konvensional,
belakangan ini mereka menemukan cukup bukti bahwa para penyunting dan penyiar
memainkan peranan yang penting dalam membentuk realitas sosial kita, ketika
mereka melaksanakan tugas keseharian mereka dalam menonjolkan berita.
Khalayak bukan saja belajar tentang isu-isu
masyarakat dan hal-hal lain melalui media, meraka juga belajar sejauh mana
pentingnya suatu isu atau topik dari penegasan yang diberikan oleh media massa.
Misalnya, dalam merenungkan apa yang diucapkan kandidat selama kampanye, media
massa tampaknya menentukan isu-isu yang penting. Dengan kata lain, media
menetukan “acara” (agenda) kampanye. Dampak media massa, kemampuan untuk
menimbulkan perubahan kognitif di antara individu-individu, telah dijuluki
sebagai fungsi agenda setting dari komunikasi massa. Disinilah terletak efek
komunikasi massa yang terpenting, kemampuan media untuk menstruktur dunia buat
kita. Tapi yang jelas Agenda Setting telah membangkitkan kembali minat peneliti
pada efek komunikasi massa.
Mereka menuliskan bahwa audience tidak
hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi
juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan kepada suatu isu atau
topik dari cara media massa memberikan penekanan terhadap topik tersebut.
Misalnya, dalam merefleksikan apa yang dikatakan para kandidat dalam suatu
kempanye pemilu, media massa terlihat menentukan mana topik yang penting.
Dengan kata lain, media massa menetapkan 'agenda' kampanye tersebut. Kemampuan
untuk mempengaruhi perubahan kognitif individu ini merupakan aspek terpenting
dari kekuatan komunikasi massa. Dalam hal kampanye, teori ini mengasumsikan
bahwa jika para calon pemilih dapat diyakinkan akan pentingnya suatu isu maka
mereka akan memilih kandidat atau partai yang diproyeksikan paling berkompeten
dalam menangani isu tersebut.
McCombs dan Shaw pertama-tama melihat
agenda media. Agenda media dapat terlihat dari aspek apa saja yang coba
ditonjolkan oleh pemberitaan media terebut. Mereka melihat posisi pemberitaan
dan panjangnya berita sebagai faktor yang ditonjolkan oleh redaksi. Untuk surat
kabar, headline pada halaman depan, tiga kolom di berita halaman dalam, serta
editorial, dilihat sebagai bukti yang cukup kuat bahwa hal tersebut menjadi
fokus utama surat kabar tersebut. Dalam majalah, fokus utama terlihat dari
bahasan utama majalah tersebut. Sementara dalam berita televisi dapat dilihat
dari tayangan spot berita pertama hingga berita ketiga, dan biasanya disertai
dengan sesi tanya jawab atau dialog setelah sesi pemberitaan.
Sedangkan dalam mengukur agenda publik,
McCombs dan Shaw melihat dari isu apa yang didapatkan dari kampanye tersebut.
Temuannya adalah, ternyata ada kesamaan antara isu yang dibicarakan atau
dianggap penting oleh publik atau pemilih tadi, dengan isu yang ditonjolkan
oleh pemberitaan media massa.
McCombs dan Shaw percaya bahwa fungsi
agenda-setting media massa bertanggung jawab terhadap hampir semua apa-apa yang
dianggap penting oleh publik. Karena apa-apa yang dianggap prioritas oleh media
menjadi prioritas juga bagi publik atau masyarakat.
Akan tetapi, kritik juga dapat
dilontarkan kepada teori ini, bahwa korelasi belum tentu juga kausalitas.
Mungkin saja pemberitaan media massa hanyalah sebagai cerminan terhadap apa-apa
yang memang sudah dianggap penting oleh masyarakat. Meskipun demikian, kritikan
ini dapat dipatahkan dengan asumsi bahwa pekerja media biasanya memang lebih
dahulu mengetahui suatu isu dibandingkan dengan masyarakat umum.
Berita tidak bisa memilih dirinya
sendiri untuk menjadi berita. Artinya ada pihak-pihak tertentu yang menentukan
mana yang menjadi berita dan mana yang bukan berita.
Setelah tahun 1990an, banyak penelitian
yang menggunakan teori agenda-setting makin menegaskan kekuatan media massa
dalam mempengaruhi benak khalayaknya. Media massa mampu membuat beberapa isu
menjadi lebih penting dari yang lainnya. Media mampu mempengaruhi tentang apa
saja yang perlu kita pikirkan. Lebih dari itu, kini media massa juga dipercaya
mampu mempengaruhi bagaimana cara kita berpikir. Para ilmuwan menyebutnya
sebagai framing.
J. Media
Critical Theory
Teori
media kritis berasal dari aliran ilmu-ilmu kritis yang bersumber pada ilmu
sosial Marxis. Beberapa tokoh yang mempeloporinya antara lain Karl Mark, Engels
(pemikiran klasik), George Lukacs, Korsch, Gramschi, Guevara, Regis, Debay, T
Adorno, Horkheimer, Marcuse, Habermas, Altrusser, Johan Galtung, Cardoso, Dos
Santos, Paul Baran Samir Amin, Hamza Alavi (pemikiran modern). Ilmu ini juga
disebut dengan emancipatory science (cabang ilmu sosial yang berjuang untuk
mendobrak status quo dan membebaskan manusia, khususnya rakyat miskin dan kecil
dari status quo dan struktur sistem yang menindas).
Teori
kritis berangkat dari cara melihat realitas dengan mengasumsikan bahwa selalu
saja ada struktur sosial yang tidak adil. Bila berbicara ketidak adilan maka
dalam perjalanan sejarah kita menemukan banyak tokoh pejuang ketidak adilan,
Musa diturunkan Tuhan untuk memperjuangkan ketidakadilan rezim pemerintahan
Firaun terhadap rakyatnya. Muhammad dilahirkan untuk memperjuangkan
ketidakadilan pada bangsa Arab dan bagi seluruh umat manusia. Dan masih banyak
tokoh pejuang ketidakadilan yang hadir dimuka bumi ini untuk membebaskan
masyarakatnya dari ketertin dasan. Tokoh-tokoh tersebut hadir sebagai
penyeimbang kekuatan kezaliman yang ada pada waktu itu.
Berkaitan
dengan itu, saat kita bergerak memasuki abad ke-21, kita melihat kian
mendesaknya visi baru yang menentang asumsi-asumsi berbagai teori yang mencoba
mejelaskan lingkungan sosial dan budaya kita. Kita memasuki lingkungan budaya
baru yang secara dramatis ditransformasikan oleh teknologi komunikasi dan media
gelobal, sehinga kita memerlukan kajian komunikasi dan kebudayaan untuk
menganalisis ekonomi politik industri komunikasi dan budaya global. Didalam
struktur baru ini,bentuk-bentuk teknologi komunikasi yang baru telaah
menciptaka suatu bentuk interalasidan integrasi global yang tidak perna
terbayangkan sebelumnya oleh sejarah dunia.
Teori
kritis melihat bahwa media tidak lepas kepentingan, terutama sarat kepentingan
kaum pemilik modal, negara atau kelompok yang menindas lainnya. Dalam artian
ini, media menjadi alat dominasi dan hegemoni masyarakat. Konsekuensi logisnya
adalah realitas yang dihasilkan oleh media bersifat pada dirinya bias atau
terdistorsi.
Selanjutnya,
teori kritis melihat bahwa media adalah pembentuk kesadaran. Representasi yang
dilakukan oleh media dalam sebuah struktur masyarakat lebih dipahami sebagai
media yang mampu memberikan konteks pengaruh kesadaran (manufactured consent).
Dengan demikian, media menyediakan pengaruh untuk mereproduksi dan
mendefinisikan status atau memapankan keabsahan struktur tertentu. Inilah sebabnya,
media dalam kapasitasnya sebagai agen sosial sering mengandaikan juga praksis
sosial dan politik.
Media
massa merupakan produk yg dipengaruhi oleh politik, ekonomi, kebudayaan, dan
sejarah. Jadi fokus kajiannya adalah fungsi-fungsi apa yg harus dilakukan oleh
media massa di dalam masyarakat.
Pendefinisian
dan reproduksi realitas yang dihasilkan oleh media massa tidak hanya dilihat
sebagai akumulasi fakta atau realitas itu sendiri. Reproduksi realitas melalui
media merupakan representasi tarik ulur ideologi atau sistem nilai yang
mempunyai kepentingan yang berbeda satu sama lain. Dalam hal ini, media tidak
hanya memainkan perannya hanya sekedar instrumen pasif yang tidak dinamis dalam
proses rekonstruksi budaya tapi media massa tetap menjadi realitas sosial yang
dinamis.
Teori
kritis mengajarkan bahwa pengetahuan adalah kekuatan untuk memahami bagaimana
seseorang ditindas sehingga orang dapat mengambil tindakan untuk merubah
kekuatan penindas.
LESSON 7. EFEK KOMUNIKASI MASSA
7.1 Efek Komunikasi
Menurut Keith R. Stamm dan John E. Bowes (1990), efek
media dalam mempengaruhi manusia, dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
A. Efek Primer dan Sekunder
Bisa dikatakan secara sederhana bahwa
efek primer terjadi jika ada orang mengatakan telah terjadi proses komunikasi
terhadap obyek yang dilihatnya. Sedangkan yang termasuk dalam efek sekunder itu
adalah perilaku penerima yang ada di bawah kontrol langsung komunikator.
Dengan teori ini seorang dai akan tau
sebatas mana masyarakat yang akan ia hadapi dan dapatkah dai tersebut
berkomunikasi dengan mereka yang banyak dan seberapa jauh masyarakat akan
mencontohnya.
7.2 Teori- Teori Efek
Efek media pada manusia semakin besar, saat televisi
komersial hadir di tengah masyarakat pada tahun 1935. Dimana sejarah awal
tentang studi efek, lebih difokuskan pada segi sikap dan perilaku. Oleh
karenanya efek media terbagi dalam tiga periode, yaitu:
A. Efek
tidak terbatas
Efek tidak terbatas ini didasarkan pada
teori atau model peluru (bullet) atau jarum hipodermik ( hypodermic needle).
Jadi, media massa diibaratkan peluru. Jika peluru itu ditembakkan ke sasaran,
sasaran tidak akan bias menghindar. Analogi ini menunjukkan bahwa peluru
mempunyai kekuatan yang luar biasa di dalam usaha “mempengaruhi” sasaran.
Menurut asumsi efek ini, media massa mempunyai kekuatan yang luar biasa ( all
powerful). Hal inilah yang mendasari bahwa media massa mempunyai efek tidak
terbatas. Efek ini didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut : Ada hubungan
yang langsung antara isi pesan dengan efek yang ditimbulkan.
Penerima pesan tidak mempunyai sumber
social dan psikologis untuk menolak upaya persuasif yang dilakukan media massa.
Asumsi mengapa efek tidak terbatas ini muncul bias dikaji dari perspektif
psikologi dan sosiologi. Ilmu psikologi memandang bahwa individu merupakan
makhluk yang tidak rasional dan dalam perilakunya secara luas dikontrol oleh
instingnya. Sementara itu, menurut Ilmu sosiologi , masyarakat pasca-industri
atau yang sering disebut “masyarakat massa” (mass society) dianggap tidak
melakukan hubungan antar persona. Dalam masyarakat itu, satu sama lain saling
meninggalkan atau saling mengisolasi diri. Akibatnya, individu tersebut mudah
terpengaruh oleh efek media massa.
Meskipun banyak yang mengkritik, efek
tidak terbatas ini masih diyakini memiliki pengaruh yang kuat dalam “membentuk”
benak audience.
B. Efek Terbatas
Efek terbatas ini sangat berbeda dengan
efek tidak terbatas. Jika dalam efek tidak terbatas media massa itu memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap audiens, yakni pesan yang disampaikan oleh
komunikator melalui media massa akan mempengaruhi perilaku audiens atau
komunikannya. Justru dalam efek terbatas ini pesan yang disampaikan oleh
komunikator melalui media massa sedikit sekali mengubah perilaku audiens.
Efek terbatas ini pertama kali
diperkenalkan oleh Joseph Klaper. “Ia pernah menulis disertasi tentang efek
terbatas media massa yang dipublikasikannya dengan judul “Pengaruh Media Massa”
pada tahun 1960.
Efek terbatas ini didapatkan oleh Joseph
Klaper setelah ia meneliti kampanye publik, kampanye politik dan percobaaan
pada desain pesan yang bersifat persuasif. Dari hasil penelitiannya ia
menyimpulkan, ‘ketika media menawarkan isi yang diberitakan ternyata sedikit
yang mengubah pandangan dan perilaku audience.
aktor psikologis dan sosial audiens
menjadi penyebab adanya efek terbatas ini. “Josep Klaper dalam buku The Effect
of Mass Communication (1960) menunjukan temuan yang menarik bahwa faktor
psikologis dan sosial ikut berpengaruh dalam proses penerimaan pesan dari media
massa. Faktor-faktor tersebut antara lain proses seleksi, proses kelompok,
norma kelompok dan keberadaan pemimpin opini.
C.
Efek moderat
“Pandangan terakhir aktual tentang efek
komunikasi massa adalah efek moderat. Dua efek sebelumnya dianggap perlu berat
sebelah. Meskipun diakui bahwa munculnya kedua efek itu karena tuntutan
zamannya Jadi efek moderat ini lahir seiring dengan zaman yang terus berubah.
Manusia akan memberikan respons yang
berbeda-beda dalam menerima pesan yang disuguhkan oleh media massa. “ada
beberapa hal yang ikut memengaruhi proses penerimaan pesan seseorang, misalnya
selective exposure. Selective exposure sebenarnya adalah gejala kunci yang
sering dikaitkan dengan model efek terbatas, tetapi bukti yang ada di lapangan
justru sering bertolak belakang.
Efek moderat sangat berbeda dengan dua
efek sebelumnya. “Model efek moderat ini sebenarnya mempunyai implikasi positif
bagi pengembangan studi media massa. Bagi para praktisi komunikasi akan
menggugah kesadaran baru bahwa sebelum sebuah pesan disiarkan perlu
direncanakan dan diformat secara matang dan lebih baik”.
7.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efek
Banyak argumentasi yang mengupas bebagai perbedaan
pandangan terkait reaksi khalayak terhadap media massa. Misalnya saja model Hypodermis
yang menunjukkan kekuatan media massa dalam mengarahkan dan membentuk perilaku
khalayak.
Tetapi muncul juga pendapat lain yang berbeda, dimana
tertuang dalam model uses and gratifications. Model ini memandang bahwa media memang
berpengaruh, tetapi pengaruh ini disaring, diseleksi, bahkan mungkin ditolak
sesuai dengan faktor-faktor personal yang mempengaruhi reaksi mereka.
Media massa adalah faktor lingkungan yang dapat
mengubah perilaku khalayak, sedangkan khalayak itu sendiri dianggap sebagai
kepala kosong yang siap untuk menampung atau menerima pesan-pesan yang telah
diberikan atau disampaikan dari media massa.
Dari sini khalayak akan memilih suatu informasi dari
lingkungan yang berbeda pula. Dalam perspektif kategori sosial yang berasumsi
bahwa dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok sosial yang reaksinya pada stimuli
tertentu cenderung sama. Untuk anak-anak dalam menyukai tayangan televisi,
mereka lebih menyukai tayangan film-film kartun. Dan untuk usia seorang ibu-ibu
rumah tangga, mereka lebih cenderung menyukai tayangan tentang acara memasak
atau film-film telenovela yang cenderung menceritakan tentang kisah-kisah
percintaan dan kisah-kisah perselingkuhan atau sinetron-sinetron dan untuk usia
remaja mereka lebih menyukai tentang tayangan seperti infotaiment.
Untuk golongan sosial yang berdasarkan jenis kelamin,
yaitu untuk para perempuan mereka lebih menyukai tayangan-tayangan seperti
acara gosip dan sinetron-sinetron.
Sedangkan untuk para laki-laki mereka lebih menyukai
atau memilih tentang tayangan olahraga, seperti tinju dan sepak bola. Untuk
golongan sosial berdasarkan tingkat pendapatan, mereka yang pendapatannya lebih
dari standar atau tingga maka tayangan dalam media TV mereka lebih menyukai
tentang acara yang menayangkan ada tempat tempat perbelanjaan.
Dari masing-masing sebagian golongan sosial tersebut
apabila masing-masing golongan sosial seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan
dan yang lainnya maka apabila mereka cenderung memilih isi komunikasi yang sama
maka bila mereka berkomunikasi maka akan memberi respon dengan cara yang hampir
sama juga.
LESSON 8. MEMAHAMI ETIKA DALAM KOMUNIKASI MASSA
8.1 Etika,
Etiket dan Moral Dalam Komunikasi Massa
Kata “etika” berasal dari Bahasa Yunani
Kuno yaitu ethos, yang dalam bentuk jamak berubah menjadi ta etha,yang berarti
adat istiadat. Arti inilah yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya studi
mengenai etika yang diawali oleh Aristoteles (384-322 SM). Sehingga jika kita
mengartikan etika hanya dari sisi etimologis, maka defennisi yang mencuat atas
kata “etika” adalah ilmu tentang adat kebiasaan.
Kata yang berdekatan dengan kata “etika”
adalah kata “moral” yang juga berasal dari bahasa yunani kuno yaitu mos yang
dalam bentuk jamak berubah bunyi menjadi mores. Arti dari kata ini adalah
kebiasaan, adapt. Wajar jika kedua kata ini berdampingan dalam penggunaannya,
karena memang secara etimologis keduanya memiliki makna yang serupa.
Dari segi etimologi (ilmu asal usul
kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan
atau adat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan
tentang azaz-azaz akhlak (moral) atau etika adalah ilmu tentang apa yang baik
dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral atau akhlak. Dari
pengertian kebahsaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya
menentukan tingkah laku manusia.
Adapun arti etika dari segi istilah,
telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan
sudut pandangnya. Menurut ahmad amin mengartikan etika adalah ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan
mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
Dari definisi etika tersebut diatas,
dapat segera diketahui bahwa etika berhubungan dilihat dari segi objek
pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
Kedua dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau
filsafat. Sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, absolute
dan tidak pula universal.
Ia terbatas, dapat berubah, memiliki
kekurangan, kelebihan dan sebagainya. Selain itu, etika juga memanfaatkan
berbagai ilmu yang memebahas perilaku manusia seperti ilmu antropologi,
psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya. Ketiga,
dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan
penetap terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah
perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan
sebagainya. Dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap
sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia. Etika lebih mengacu kepada
pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. Keempat, dilihat dari segi sifatnya,
etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.
Etika adalah cabang dari aksiologi,
yaitu ilmu tentang nilai, yang menitikberatkan pada pencarian salah dan benar
atau dalam pengertian lain tentang moral dan immoral. Etika dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu :
1. Etika sebagai ilmu, yang merupakan
kumpulan tentang kebajikan, tentang penilaina dari perbuatan seseorang.
2. Etika dalam arti perbuatan, yaitu
perbuatan kebajikan, Misalnya seseorang dikatakan etis apabila orang itu telah
berbuat kebajikan.
3. Etika sebagai filsafat, yang
mempelajari pandangan-pandangan, persoalan-persoalan yang berhubungan dengan
masalah kesusilaan.
Dengan ciri-cirinya yang demikian itu,
maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya
menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatan baik atau buruk.
Berbagai pemikiran yang dikemukakan para filosof barat mengenai perbuatan baik
atau buruk dapat dikelompokkan kepada pemikiran etika, karena berasal dari
hasil berfikir. Dengan demikian etika sifatnya humanistis dan antroposentris
yakni bersifat pada pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia. Dengan kata
lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasulkan oleh akal
manusia.
Tugas etika, tidak lain berusaha untuk
mengetahui hal yang baik dan yang dikatakan buruk. Sedangkan tujuan etika,
adalah agar setiap manusia mengetahui dan menjalankan perilaku, sebab perilaku
yang baik itu bukan saja penting bagi dirinya saja, tapi juga penting bagi
orang lain, bagi masyarakat, bagi bangsa dan Negara, dan yang terpenting bagi
Allah swt.
MORAL
DALAM KOMUNIKASI MASSA
Moral berasal dari bahasa Latin mores,
jamak kata mos yang berarti adat kebiasaaan. Moralitas adalah istilah manusia
menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai
positif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Moral artinya ajaran tentang
baik-buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi
pekerti, akhlak. Moral adalah istilah yang digunakan untuk menetukan
batas-batas suatu sifat, perangai, kekehndak, pendapat atau perbuatan yang
layak dikatakan benar, salah, baik, buruk.
Manusia yang tidak memiliki moral
disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di
mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh
manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses
sosialisasi individu, tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses
sosialisasi.
Moral merupakan pengetahuan yang
menyangkut budi pekerti manusia yang beradap. Moralisasi, berarti uraian
(pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan kelakuan yang baik. Demoralisasi
berarti kerusakan moral.
Moral dalam zaman sekarang mempunyai
nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu
dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di
sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh
sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara
utuh.
Selanjutnya moral dalam arti istilah
adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat,
perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar,
salah, baik atau buruk. Moral dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Moral murni, adalah moral yang
terdapat pada setiap manusia sebagai suatu pengejawantahan dari pancaran ilahi.
Moral murni disebut juga hati nurani.
2. Moral terapan, adalah moral yang
didapat dari ajaran pelbagai ajaran filosofis, agama, adat yang menguasai
pemutaran manusia.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas,
dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan
batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk,
benar atau salah.
Kesadaran moral erat pula hubungannya
dengan hati nurani yang dalam bahasa asing disebut conscience, conscientia,
gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan qalb, fu'ad. Dalam kesadaran
moral mencakup tiga hal. Pertama, perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan
tindakan yang bermoral. Kedua, kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan
objektif, yaitu suatu perbuatan yang secara umumk dapat diterima oleh
masyarakat, sebagai hal yang objektif dan dapat diberlakukan secara universal,
artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang
yang berada dalam situasi yang sejenis. Ketiga, kesadaran moral dapat pula
muncul dalam bentuk kebebasan.
Berdasarkan pada uraian diatas, dapat
sampai pada suatu kesimpulan, bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau
system hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau
sitem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan memberikan
harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang
berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika
nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan
membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang demikian akan dengan mudah
dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari
luar.
8.2 Mengapa Etika Komunikasi Harus Dipahami
Etika merupakan suatu perilaku yang mencerminkan
itikad baik untuk melakukan suatu tugas dengan kesadaran, kebebasan
yangdilandasi kemampuan. Beberapa aspek moral dan etika yang terkandung dalam
prinsip-prinsip jurnalistik antara lain: kejujuran, ketepatan atau
ketelitian, tanggung jawab, dan kritik
konstruktif.
Dalam perspektif komunikasi, pembahasan tentang etika
komunikasi akan dititikberatkan pada pengertian tentang etika itu sendiri.
Untuk mengukur kualitas etika yang baik, dapat dilihat dari sejauhmana kualitas
teknis berkomunikasi itu sesuai dengan nilai-nilai kebaikan yang berlaku. Dalam
konteks komunikasi, maka etika yang berlaku harus sesuai dengan norma-norma
setempit.
Berkomunikasi yang baik menurut norma agama berarti
harus sesuai dengan norma agama yang dianut. Jadi kaitan antara nilai etis
dengan norma yang berlaku sangat erat. Pertimbangan etis bukan hanya di antara
baik dan buruk, juga bukan diantara baik dan baik. Etika juga harus merujuk
kepada patokan nilai, standar benar dan salah. Kita berhadapan dengan masalah
etika kapan saja kita harus melakukan tindakan yang sangat mempengaruhi orang
lain.
Tindakan itu bukan tindakan terpaksa. Pada diri kita
ada kebebasan untuk memilih cara dan tujuan berdasarkan patokan yang kita
yakini. Patokan itu dapat bersumber pada label budaya, filsafat dan agama.
Sebagian orang bahkan tidak mau merujuk kepada patokan secara ketat. Menurut
mereka patokan itu bisa saja menyesatkan secara etis pada situasi tertentu.
Dalam pengertian yang sempit, etika sering dipahami
sebagai hal-hal yang bersifat evaluatif, menilai baik dan buruk. Tetapi, etika
dapat dipahami secara lebih luas, bukan sekedar etis dalam pengertian
faktor-faktor evaluatif memberikan penilaian, tetapi juga mengandung pengertian
etos, yakni hal-hal yang bersifat evaluatif (mendorong).Dalam hal etika
komunikasi, bagaimana aturan main berkomunikasi,
yaitu tata cara berkomunikasi antar manusia khususnya
komunikasi massa.
8.3 Etika Komunikasi Massa (
tanggungjawab, kebebasan pers, masalah etis, ketetapan dan obyektifitas,
tindakan adil untuk semua orang)
A. Tanggung Jawab
Tanggung jawab mempunyai dampak positif. Dengan adanya
tanggung jawab, media akan berhati-hati dalam menyiarkan atau menyebarkan
informasinya. Seorang jurnalis atau wartawan harus memiliki tanggung jawab
dalam pemberitaan atau apapun yang ia siarkan.
Apa yang diberikan atau disiarkan harus dapat
dipertanggung jawabkan, baik kepada Tuhan, masyarakat, profesi, atau dirinya masing-masing.
Jika apa yang diberitakan menimbulkan konsekuensi yang merugikan, pihak media
massa harus bertanggung jawab dan bukan menghindarinya.
Jika dampak itu
sudah merugikan secara perdata maupun pidana, media massa harus bersedia
bertanggung jawab seandainya pihak yang dirugikan tersebut protes ke
pengadilan.
B. Kebebasan
Pers
Kebebasan yang bukan berarti bebas sebebas-bebasnya,
tetapi kebebasan yang bertanggung jawab. Dengan kebebasanlah berbagai informasi
bisa tersampaikan ke masyarakat. Jakob Oetama (2001) dalam Pers Indonesia
Berkomunikasi dalam Masyarakat Tidak Tulus mengemukakan bahwa “pers
yang bebas dinilainya tetap bisa lebih memberikan kontribusi yang konstruktif
melawan error and oppression (kekeliruan dan penindasan), sehingga akal
sehat kemanusiaanlah yang berjaya”.
Robert A. Dahl mengatakan bahwa kebebasan pers menjadi
penting sebagai the availability of alternative and independent source of
informatio.
C. Masalah Etis
Jurnalis itu harus bebas dari kepentingan. Ia mengabdi
kepada kepentingan umum. Walau pada kenyataannya bahwa pers tidak akan pernah
lepas dari kepentingan-kepentingan, yang diutamakan adalah menekannya, sebab
tidak ada ukuran pasti seberapa jauuh kepentingan itu tidak boleh terlibat
dalam pers. Ada beberapa ukuran normative yang dijadikan pegangan oleh pers:
Seorang jurnalis sebisa mungkin harus menolak
hadiah, alias “amplop”, menghindari menjadi “wartawan bodrek”.
Seorang jurnalis perlu menghindari keterlibatan
dirinya dalam politik, atau melayani organisasi masyarakat tertentu, demi
menghindari conflict of interest.
Tidak menyiarkan sumber individu jika tidak
mempunyai nilai berita (news value).
Wartawan atau jurnalis harus mencari berita yang
benar-benar melayani kepentingan public, bukan untuk kepentingan individu atau
kelompok tertentu.
D. Ketetapan dan obyektivitas
Ketetapan dan obyektivitas di sini berarti dalam
menulis berita wartawan harus akurat, cermat, dan diusahakan tidak ada
kesalahan. Obyektivitas yang dimaksud adalah pemberitaan yang didasarkan pada
fakta-fakta di lapangan, bukan opini wartawannya.
E. Tindakan adil untuk semua orang
Media harus melawan campur tangan individu dalam
medianya. Artinya, pihak media harus berani melawan keistimewaan yang di
inginkan seorang individu dalam medianya.
Media berita mempunyai kewajiban membuat korelasi
lengkap dan tepat jika terjadi ketidaksengajaan kesalahan yang dibuat (fairplay).
Wartawan bertanggung jawab atas laporan beritanya
kepada public dan public sendiri harus berani menyatakan keberatannya kepada
media.
8.4 Realitas
Pelaksanaan Etika Komunikasi
Keberadaan etika bagi komunikasi massa
adalah menjadi peraturan tersendiri bagi pelaksanaannya, namun tidak menutup
kemungkinan munculnya pelangaran-pelangaran yang sewaktu-waktu bisa saja
terjadi. Ada beberapa catatan tentang pelaksanaan etika komunikasi massa
sebagai berikut.
1.
Pelaksanaan
etika komunikasi massa masih membutuhkan perjuangan yang berat dan terus
menerus karena masih banyak munculnya pelanggaran dalam etika.
2. Pelaksanaan etika bisa terhambat karena
masing-masing pihak (pers, pemerintahan dan masyarakat) membuat ukuran
tersendiri. Bagi pers, apa yang telah diberitakan sudah mewakili kepentingan
masyarakat. Namun bagi pemerintah, model apapun cenderung untuk mempertahankaan
kekuasaan. Jika masing-masing pihak sudah berbeda ukuran dalam memahami pihak
lain, maka pelaksaan etika masih sulit diwujudkan.
3. Tanggug jawab yang hanya terletak pada
awak media yang memberikan informasi bisa menyebabkan susah tegaknya etika
komunikasi massa.
BABIII PENUTUP
Kesimpulan
Dalam kehidupan sehari-hari
peranan media massa dalam berkumunikasi sangatlah besar dan saling keterkaitan
dan tidak mampu dipisahkan. Media massa dewasa ini sangat berperan besar dalam
menentukan opini ataupun pemikiran masyarakat, jaadi sudah selayaknya jika
media massa memberitakan sesuatu yang sekiranya kurang baik dan bersifat tidak
mendidik.
Selain itu fungsi komunikasi
massa memang banyak sayangnya jika apa yang disampaikan memenuhi salah satu
dari fungsi-fungsi tersebut yang menurut penulis tidak begitu penting untuk
ditulis.
jika dianalisis bersama
hampis tidak ada aktivitas yang tidak ditopengi oleh media massa, banyak orang
kini membaca surat kabar, mendengarkan radio dan menonton televisi, oleh karena
itu aktivitas komunikasi massa telah dijadikan sebagai ajang bisnis.
Istilah media massa mengacu kepada sejumlah media yang
telah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan tetap dipergunakan hingga saat ini,
seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, internet, dan lain-lain.
Banyak orang menggunakan media massa untuk berhubungan
dengan massa, karena orang menganggap media merupakan bagian dari sebuah sistem
sosial dan bahkan media menciptakan sistem sosial
baru. Media dijadikan sebagai
wahana dimana fungsi komunikasi (pengawasan, korelasi)
itu dilakukan oleh dan
diantara kelangan unsur-unsur masyarakat.
Kenapa kita perlu mempelajari komunikasi massa? Yaitu
karena komunikasi massa merupakan suatu ilmu yang keberadaannya sangat
berpengaruh bagi kehidupan sosial. Baik itu dari perkembangan zaman, perubahan
sosial, maupun fenomena-fenomena baru yang dapat ditemukan melalui media.
DAFTAR PUSTAKA
Rakhmat,
Jalaluddin. 2011. Psikologi Kominikasi. Bandung: Rosdakarya
Daryanto. 2010. Ilmu Komunikasi.
Bandung: Satunusa
Liliweri, Ali. 2011. Komunikasi Serba Ada Serba
Makna. Jakarta: Kencana
Budiyanto, Heri & Farid Hamid. 2011. Ilmu
Komunikasi Sekarang dan Tantangan
Masa Depan. Jakarta:
Kencana
Morissan, Andy Corry & Farid Hamid.2010. Teori
Komunikasi Massa. Bogor:
Ghalia Indonesia
http://komunikasiwidodo.blogspot.com/2012/11/model-komunikasi.html?m=1
http://muktikomunikasi.blogspot.com/2014/03/pengertian-dan-fungsi-teori-komunikasi.html?m=1
http://asiaaudiovisualra09gunawanwibisono.wordpress.com/2009/04/28/devinisi-ruang-lingkup-komunikasi
http//ahmadauliaarsyad.wordpress.com/2013/04/07/teori-teori-komunikasi-massa-uses-and-gratification-agenda-setting-dan-media-forum/aa.html
http://akuntanshit.blogspot.com/2014/11/pendekatan-deduktif-induktif-teori-komunikasi-massa.html?m=1
BIOGRAFI PENULIS MHD OBBY YUSUF
Mhd Obby Yusuf, lahir di Sibolga, Sumatra Utara 10 November 1994.
Anak kedua dari tiga bersaudara, mempunyai satu kakak dan satu adek.
Jenjang pendidikan SD, SMP, SMA
dan sedang menjalani studi di Universitas Islam Negeri Suska Riau. Yang mana SD
di Pandan, SMP di MTS. Darur rachmad Sibolga, SMAN2 Sibolga.
Sebagai Mahasiswa penulis hanya
sebagai Mahasiswa biasa, yang mana penulis hanya Panitia KPUM dan Komunitas
Public Relations dikampus, selain itu penulis hanya sebagai penulis artikel
diblogger pribadi dan sesekali mengikuti ajang kontes desain di salah satu
situs web.