Misteri Kesaktian Dimas Kanjeng - Dimas Kanjeng kini nama nya sedang banyak dibicarakan banyak orang sampai kepenjuru Indonesia, kenapa tidak, dimas kanjeng merupakan pemilik padepokan di Jawa timur ini konon bisa menggandakan uang. Jika bicara kesaktian nya dalam menggandakan uang sudah membuat banyak orang untuk melakukan perbuatan syirik tersebut, sehingga pihak kepolisian menggambil langkah tegas untuk menahan pelaku yang merupakan orang mampu menggandakan uang tersebut.
Namun sudakah anda mengetahui bahwa banyak misteri dibalik kesaktian nya tersebut, saya akan menjelaskan nya dibawah ini.
Mitos Kesaktian Dimas Kanjeng
Dimas Kanjeng seorang Taat Pribadi dari Probolinggo, Jawa Timur, mendadak terkenal. Dia tu terjerat kasus dugaan pembunuhan dan penipuan modus penggandaan uang.
Taat Pribadi punya banyak pengikut, mulai dari rakyat biasa, anggota
TNI/Polri, sampai akademisi. Para pengikutnya itu mempercayai Taat
Pribadi memiliki kemampuan supranatural, salah satunya bisa menggandakan
uang. Sebagian bahkan menyebutnya Taat punya karomah, keistimewaan di
bawah nabi.
Ikhwal Taat Pribadi berikut mitos tentang "kesaktiannya" itu,
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur punya penilaian
tersendiri.
"Dia bukan kiai, karena dia tidak pernah mengadakan kegiatan
keagamaan. Bahkan kalau ada kegiatan agama pun mengundang ulama dari
luar untuk ceramah," kata Katib Syuriah PWNU Jatim Syafrudin Syarif di
sela pertemuan Lembaga Takmir Masjid (LTM) NU dan Ketua Takmir Masjid
se-Jatim di Surabaya, Sabtu, 1 Oktober 2016, dilansir Antara.
Menurut
dia, Taat Pribadi merupakan penipu yang menggunakan agama untuk meraih
kepercayaan masyarakat. Aksi penggandaan uang yang digembar-gemborkan
selama ini juga hanya trik penipuan saja.
"Istilahnya itu dia menggunakan semacam gendam. Dia bilang punya
salawat fulus untuk mendatangkan uang, padahal salawat yang dia pakai
itu Salawat Nariyah yang disalahgunakan untuk mendapat istidraj ('hukuman' berbentuk kenikmatan, sehingga merasa senang terus)," jelasnya.
Dalam praktiknya, Taat Pribadi menggunakan air yang membuat orang
menjadi tidak sadar dan bisa diperintah melakukan apa saja, termasuk
menyetor uang dalam jumlah tertentu untuk digandakan, padahal dia tidak
bisa menggandakan uang.
"Bahkan, pengaruh gendam itu membuat orang mau menunggu di padepokannya. Jadi orang-orang yang ada di Padepokan Dimas Kanjeng itu bukan santri, tapi orang-orang yang menunggu uangnya berhasil dilipatgandakan," kata Syafrudin.
Ia mencontohkan ada korban bernama Ahmad dari Jawa Barat yang
menyetor Rp 30 juta dengan menjual tanah miliknya karena janji bahwa
uangnya akan berlipat-lipat menjadi Rp 100 juta dalam lima bulan. Namun
dia menunggu di padepokan itu hingga setahun lebih dan uangnya tidak
kembali.
"Saya yakin orang itu di bawah pengaruh gendam. Semua itu terjadi
karena pengaruh kapitalisme yang serba pragmatis atau instan, sehingga
masyarakat mudah tertipu," katanya.
Oleh karena itu, Syafrudin mengimbau masyarakat untuk kembali kepada
ajaran agama yang benar dengan mengikuti para ulama yang mengajarkan
ikhtiar (kerja keras) dan doa. "Taat Pribadi itu bukan ulama, karena itu
kalau diikuti akan tertipu," katanya.
Ditanya langkah PWNU Jatim untuk menyelamatkan masyarakat, ia
mengatakan pihaknya akan bekerja sama dengan polisi, Majelis Ulama
Indonesia, dan Pemkab Probolinggo untuk melakukan rehabilitasi
masyarakat.