Inilah Keanehan Aksi Bela Islam Dengan Surah Al Maidah ayat 51 - Beberapa hari yang lalu Indonesia sedang hangat-hangatnya di dunia maya sebab 4 November yang lalu ada Aksi Damai yang dilakukan umat muslim di tanah air atas kasus penistaan agama, jika anda belum membaca nya anda bisa membaca Konspirasi dibalik aksi damai 4 november .

Namun pembahasan saya pada saat ini adalah mengenai hal hal yang lagi ramai di bicarakan banyak orang mengenai keterkaitan Aksi Bela Islam yang jatuh pada tanggal 4 November 2016 itu sangat cocok dengan jumlah pada ayat 51 surah Almaidah.
Banyak mengatakan bahwa semua ini sudah menjadi rahasia Illahi, namun ada juga yang mengatakan bahwa ini hanya kebetulan saja, apapun alasannya seharusnya kita jadi terpecah hanya gara gara sebuah opini.

Itu dia gambar yang telah banyak beredar di media massa, tentang sebuah keterkaitan tanggal demo dengan jumlah ayat di surah Al maidah sama, yaitu 51 jika digunakan dengan metode di atas, pada artikel ini saya tidak bermaksud mengajak anda untuk percaya dengan hal hal tahayul, namun saya hanya ingin membahas beberapa hal yang terkait dalam kasus ini.
Baiklah kita akan mulai dari pembahasan tentang surah Al Maidah, Past banyak yang belum tahu, Ada apa di balik surah tersebut sehingga umat islam marah kepada ahok, jika belum tahu coba simak pembahasannya dibawah ini.
Ada Apa dengan Surat Al-Maidah?
Ada realitas pemahaman yang perlu dihadirkan di tengah umat untuk
mempelajari ayat-ayat Allah dalam Al Quran yang akan menjadi penguat
argumentasi dan pertanggungjawaban di mata publik dan di hadapan-Nya
kelak. Mentadabburi merupakan perintah dan cara Allah meninggikan
derajat kaum muslimin. Semoga kejadian ini menambah hikmah dalam peta
sejarah umat Islam di Indonesia dan di dunia, bekal menuju kebangkitan
kaum muslimin dari keterpurukannya selama satu abad, sejak runtuhnya
Khilafah Islamiyah di Turki.
Merunut kaitan sebab turun ayat 51 Surat Al Maidah ini, mengutip dari
Tafsir Ibnu Katsir dari Muhammad bin Ishaq yang meriwayatkan dari
Ubadah bin al Walid bin Ubadah bin Shamit, dia berkata, “Tatkala Bani
Qainuqa’ memerangi Rasul Saw, Abdullah bin Ubay bin Salul bergantung
pada mereka dan berdiri di belakang mereka.
Ubadah bin Shamit yang
bersekutu dengan Bani Auf bin Khazraj meminta mereka pergi menuju Rasul
Saw dan berkata, “Wahai Rasulullah, aku membebaskan diri dari sumpah
mereka dengan berlindung kepada Allah, Rasul-Nya serta berwali kepada
Allah, Rasulullah dan kaum mukminin. Aku pun melepaskan diri dari
kemitraan dengan kaum kafir dan perwalian kepada mereka.”
Dalam Tafsir Shofwatut Tafasir, dari Ibnu Abbas dia berkata, “Rifa’ah
bin Zaid dan Suwaid bin Al Harits menampakkan keislaman, lalu keduanya
bersikap munafik. Kemudian salah seorang dari kaum muslimin bersimpati
kepada keduanya. Lalu turunlah ayat 51 Surat Al Maidah.
Realitas hari ini merupakan pengulangan sejarah, jika melihat
sebagian dari umat Islam (oknum) yang cenderung menyalahkan aksi
pembelaan terhadap Al Quran. bahkan bersedia bermitra, mendukung,
berlindung dan bersandar atau menjadi tim sukses bagi seseorang yang
telah jelas melecehkan ayat Allah Ta’ala. Hal ini menjadi unsur yang
menguatkan perwaliannya terhadap orang kafir yang sudah jelas dilarang
oleh Allah Swt melalui Qs. Al Maidah: 51, “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi
pemimpin-pemimpinmu. Sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang
lain.
Mereka satu kesatuan dalam kekafiran dan kesesatan, karena agama
kafir adalah satu kesatuan. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka
menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
zalim.”
- Saat Surah Al Maidah yang menjadi permulaan peringatan bagi kaum muslimin di Indonesia. Setidaknya ada lima hal penting yang menjadi pembelajaran buat umat Islam:Penamaan surat ini dengan Al Maidah karena penyebutan kisah Al Maidah (Qs. Al Maidah: 112-115). Yakni kisah permohonan umat Nabi Isa ‘alaihissalam yang dikabulkan oleh Allah Ta’ala, berupa turunnya hidangan dari langit sebagai cara menambah keyakinan mereka akan kekuasaan Allah Ta’ala dan kenabian Isa ‘alaihissalam. Sejarah telah membuktikan bahwa kaum Hawariyun (pengikut setia Nabi Isa as) telah memenuhi janji mereka kepada Allah Ta’ala untuk menaati Allah Swt dan utusan-Nya, maka kaum muslimin hari ini dan sampai kapan pun dituntut untuk memenuhi janji kepada Allah dan kesetiaan mereka dalam membela kebenaran Islam dan Kitab Al Qur’anul Kariim.
- Sebagaimana hadits yang dikutip dalam Khowathir Qur’aniyah menyebutkan “Ajarkan anak-anak lelaki kalian Surat Al Maidah dan ajarkan pula anak-anak perempuan kalian Surat Annur,” mari kita realisasikan wasiat Rasul Saw kepada generasi Islam, agar Islam tetap menjadi agama pilihan dan benteng yang kokoh bagi mayoritas generasi Indonesia.
- Ada 88 ayat yang dimulai dengan ‘Yaa Ayyuhalladzina aamanu’. Dalam Surat Al Maidah ini terdapat ayat seruan “Yaa Ayyuhalladzina aamanu lebih banyak, yakni 16 kali dibandingkan yang terdapat dalam Surat lainnya, termasuk yang mengawali Qs. Al Maidah ayat 51. Sedangkan dalam Al Baqarah hanya 10 kali.” Betapa instruksi Allah Ta’ala sangat banyak dalam surat yang terpopuler di penghujung 2016 ini.Aisyah ra mengatakan “sesungguhnya surat Al Maidah merupakan surat Al Quran yang terakhir diturunkan. Apa saja yang kalian dapatkan di dalamnya tentang urusan yang dihalalkan, hendaknya kalian menghalalkannya. Sebaliknya apa saja yang kalian dapatkan di dalamnya urusan yang diharamkan, hendaknya kalian mengharamkannya.” Surat ini memang penting untuk dipelajari dalam rangka menambah ketaatan kaum muslimin terhadap Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.
- Surat Al Maidah ini berisi penolakan keras terhadap orang kafir (Qs. Al Maidah: 73). Di dalamnya juga terdapat akhir surat Al Quran berkenaan dengan hukum halal dan haram sekaligus menjadi ayat penutup bagi turunnya wahyu Allah Ta’ala kepada Rasul Saw (Qs. Al Maidah: 3).
Saat ini menjadi momentum emas bagi umat Islam untuk
bersatu-padu dalam gerak langkah yang positif, aktif dan konstruktif,
membangun produktivitas amal yang sinergis, mengedepankan persamaan dan
menghargai perbedaan, menjadikan Al Quran dan As Sunnah sebagai bahan
rujukan dalam semua sisi kehidupan. Tidak ada yang alpa kecuali telah
diatur dalam keduanya. Hanya manusia yang lalai dan tidak mau
mempelajarinya. Wallahu A’lam Bish Shawab.